Rizieq Dinanti, Jokowi Diharap Mengganti, Eh Alumni 7,5 Juta Aroma "Oposisi"
Rizied dinanti kepulangannya dari Tanah Timur Tengah untuk menjadi "pemersatu atas reunian gaya baru. KKBI memberikan definisi reuni itu pada batasan untuk lulusan sekolah atau perguruan tinggi. Lebih luas dalam mengulik Mbah Gugle lebih jauh dan luas ada cakupan pada mantan anggota, kontributor, karyawan, atau tahanan. Â Bisa dilihat selengkapnya dalam versi Tante Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Alumnus.Â
Jadi aksi kemarin masuk ke mana? Arti khusus, sekolah atau kuliah, jelas tidak, anggota, memang ada keanggotaan mereka? Karyawan, lha perusahaan atau lembaga apa? Atau tahanan? Kalau ini agak-agak mirip, banyak yang memang demikian. Â Menjadi tanda tanya besar dan heran ketika ada petinggi negeri, yang jelas saja pasti tahu arti ini, eh malah jengkel, tersinggung, ketika ada petinggi lain mengganggap kegiatan alumni yang tidak berdasar. Coba dong Pak baca lagi, biar tidak maaf kelihatan naif atau bodoh? Di depan rakyat.
Semua masih ingat, siapa tokoh besar di balik aksi dengan nama yang bisa digugat Wiro Sableng karena kampak saktinya dipakai untuk kegiatan mereka tidak izin ini. Sekarang pemimpin, imam besar ini  dan kemarin mendapat penghargaan, diangkat pada jabatan tinggi, namun sedang kabur.Â
Bahasa lain sedang hijrah, namun sejatinya ini menistaaktifitas spiritual tinggi demi pelaku pornoaksi. Jika memang benar dan tidak bersalah mengapa lari dan mencoba berbagai cara baik diplomasi mendekati presiden, memaksakan kehendak dengan mengancam, dan jelas kabur. Seorang pemimpin itu taat hukum, hadir, dan hadapi proses hukum. Ingat tidak ada nabi, pemimpin besar, dan tokoh pembaharu tidak melewati proses fitnah, kriminalisasi, yang membedakan mereka tidak kabur.
Mengapa Jokowi?
Beberapa pihak "mengancam, mengintimidasi' dengan sematan yang mengerikan bagi presiden jika tidak mau hadir. Bahkan pimpinan DPR pun memberikan stempel PKI jika tidak mau hadir dalam reunian ini. Baru kali ini ada reuni dengan pemaksaan kehendak seperti ini. Mengapa tidak Prabowo yang  sama-sama "kuat" untuk menjadi magnet selain tentu saja sang imam besar Rizieq yang sedang hijrah itu.
 Jelas mereka memiliki agenda yang mereka sembunyikan bagi kedua tokoh itu agar mendapatkan nama yang berbeda. Mereka tahu kegiatan mereka itu sangat burukbagi pemilihan presiden mendatang. Tidak heran Prabowo bahkan tidak memberikan izin bagi wagub  DKI yang adalah kadernya. Maksud mereka "memaksa" presiden untuk datang adalah untuk legitimasi kegiatan itu sebagai memang baik, benar, dan sah. Meskipun bisa saja nanti diubah sesuai kepentingan mereka sendiri. Aroma yang berbeda mengapa Prabowo tidak juga datang jika memang kegiatan keagamaan murni. Jelas terbukti ada agenda politik yang mendua.
Aroma "Oposisi"
Beberapa pesohor yang datang itu lebih banyak yang selama ini selalu menilai buruk pemerintah, oposisi masih bermartabat, menggunakan data bukan asal berbeda. Apa yang ditampilkan seperti Amien  Rais, Fadli Zon, Fahri Hamzah selama ini asal berbeda, demokrasi setengah fakta, dan ujaran yang tidak berdasar.  Mereka inilah yang berkumpul dan mengatasnamakan kelompok, bahkan agama. Bagaimana kegiatan keagamaan yang harusnya memberikan pencerahan, memberikan inspirasi, menyejukkan, dan menjadi bahan permenungan agar makin dekat kepada Tuhan dan sesama namun malah sebaliknya.Â
Bagaimana pertanggungjawaban moral mengagung-agungkan para pelaku  yang diduga, bahkan ada yang sudah divonis melakukan kejahatan. Apakah benar negara ini sudah demikian jahat, keji, sehingga menghukum orang benar? Jika demikian mengapa tidak mengajukan masalah ini ke DPR yang kemudian meng-impeachment presiden dengan segala prosedurnya. Atau sekalian saja ke Mahkamah Internasional. Menjadi tidak habis pikir ketika Buni Yani, Ahmad Dhani, dan Munarwan, serta Rizieq itu sekaliber dengan Mandela, Bung Karno, Bung Hatta yang diperlakukan dengan tidak adil oleh penjajah.  Kelompok, aksi macam apa jika membenarkan apa yang mereka yakini benar tanpa mau tahu bahwa bernegara itu memiliki konsensusyang telah disepakati bersama.
Agama atau Politik
Apa yang ditampilkan, kegiatan agama jauh dari itu, jauh lebih beraroma politik. Bagaimana kegiatan agama berbicara mengenai jumlah yang hadir pun perlu dibesar-besarkan? Mau satu atau sejuta, atau semilyard jika kegiatan keagamaan tidak ada bedanya. Jelas ini adalah agenda politik, karena yang datang juga lebih banyak politikus elit daripada tokoh agama elit bangsa ini.Â
Pernyataan juga lebih banyak politik bukan soal keteladanan, kelahiran, dan pentingnya kehadiran Nabi yang diperingati. Malah soal Jokowi, kriminalisasi, politis soal pelaku tindak kriminal anggota mereka. Â Jahat mana sih hal ini dengan apa yang telah diterima para penista agama yang lain, tidak perlu bicara Ahok, toh banyak banget selain Ahok. Termasuk di sini "jenderal" Wawan. Kedatangan klaim 7.5 Â juta, yang secara logis melihat tempat tidak mungkin, mana ada sih kegiatan keagamaan diwarnai kebohongan. Atau saling menyembunyikan kebenaran dan esensi kegiatan itu. Â Agenda keagamaan yang murni tidak akan ada yang disembunyikan, tidak juga perlu berbohong mengenai jumlah yang hadir.
Salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H