Satu,wong tidak ikut undian kog menang, logis tidak? Kan jelas tidak nalar, apalagi jika produk itu misalnya roti, biskuit, atau sabun, bisa juga mie instan, atau minuman tidak mengadakan undian berhadiah.
Dua,kalau memang ikut undian, akan ada di media resmi, dan biasanya akan dihubungi via alamat yang dicantumkan, atau telpon yang akan jauh lebih valid jika memang ikut undian lho ya, apalagi jika bukan nasabah sebuah bank kog mendapatkan hadiah, eh masih juga ada yang percaya.
Tiga,mana ada sih hadiah puluhan bahkan ratusan juga dilempar begitu saja? Sama sekali tidak mungkin bukan? Â Hal ini hanya soal permainan psikologis massa yang memang mudah tergiur, sehingga menjadi panik dan heboh, biasanya hal-hal beginian diberikan dini hari, menjelang tidur, atau usai makan siang, di mana waktu orang lemah fokus dan konsentrasinya.
Korban jangan dipandang orang tidak berpendidikan, sederhana atau kurang pengetahuan dan pengalaman lho, yang pernah saya tahu kepala sekolah pendidikan sarjana, dokter dalam kasus lain (anak sekolah jatuh perlu operasi), Â yang jelas psikologisnya dikagetkan dengan sangat dan akhirnya kaget dan irrasional.
Tetap fokus dan kendalikan perasaan, pakai nalar dan lihat atau dengar dengan baik, jika melalui telpon. Panik akan memberikan peluang besar kena tipu juga senang berlebihan karena mendapatkan tabungan M dan mobil misalnya. Jelas peluang yang sangat menggiurkan bagi penipunya.
Kritis, berpikir bahwa sangat tidak mungkin mendapatkan hadiah tanpa ikut undian, menemukan barang yang luar biasa nilainya, dan melihat dukomen dengan teliti menggunakan kepala dingin. Akan memperoleh kejanggalan yang jelas sehingga tidak akan tertipu.
Mau kaya dan memiliki banyak harta jelas kerja keras dan bukan mendapatkan dari undian yang tidak diikuti atau menemukan benda berharga. Memang bisa saja menemukana benda penting itu, tapi tidak akan banyak kog, satu dua sih bisa.
Para penipu dan koplotannya, coba bayangkan jika itu adalah keluarga sendiri yang kebetulan menemukan dan tergopoh-gopoh mengirim uang, apa tidak  menjadi bahan pertimbangan? Bisa saja ternyata anaknya sendiri mengalami kecelakaan dan tidak mendapatkan pertolongan karena pernah menggunakan tipuan yang sama dan berpikir demikian, padahal kejadian beneran.
Penegak hukum perlu menangani kelompok-kelompok ini dengan serius. Susah memang karena jaraang yang lapor karena merasa malas dan enggan juga karena toh sepele dan polisi juga kesulitan besar menanganinya.
Lebih baik model promosi berhadiah dihentikan, intensif bisa diberikan dengan cara lain, apalagi bank yang jor-joran memberikan hadiah eh bunga malah kecil untuk tabungan atau deposito namun bunga kredit mencekik.
Pencegahan tentu dari diri sendiri agar tetap fokus dan konsentrasi. Tidak mudah tergiur iming-iming.Â