Miris sebenarnya jika menyaksikan gembar-gembor agama dan tetek bengeknya, namun di sisi yang lain maling merajalela dengan tanpa merasa ada yang tertekan dalam nuraninya.
Apakah mau terus seperti ini hasil reformasi? Bebas ngembat uang negara dengan lebih mudah, bersama-sama atas nama demokrasi, sedang sisi lain rakyat belum juga beranjak dari mana-mana. Elit yang mewakili, mewakili kehidupan mewahnya, mewakili gaji besarnya, pun masih nambah dengan menggarong uang negara, mewakili segala kemudahannya, jalanpun masih harus minggir jika mereka lewat.
Reformasi bukan berarti partai merupakan tunggangan yang mengantar ke khahyangan pribadi demi hasrat jabatan dan konsekuensi menggeruk apa yang diingini. Hampir masuk dua dasa warsa lho reformasi, hanya gaya demokrasi yang terlihat, esensi demokrasi masih jauh dari harapan. Bukan soal usia atau siapa, namun karakter bangsa. Toh maling-maling yang sudah keciduk atau masih ngantre banyak juga yang eks '98.
Miris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H