Spiritualitas Pak Anies sangat kental, tidak heran karena kembali dibukannya Monas untuk acara keagamaan.  Kembali ini bukan soal benar atau salah, namun apakah bisa sesuai koridor hukum, keadilan, dan proporsi yang semestinya, itu perlu waktu untuk menjawabnya. Apakah ini hanya populis  untuk mencari popularitas itu pun masih perlu waktu untuk melihatnya. Kemudian apakah ini hanya antitesis ide gubernur sebelumnya, itu juga kembali ke waktu yang akan menjawab dengan baik.
Baca juga: Nek Mimi: Pak Anies Cuma Bilang "Sabar Ya, Bu" Sudah, Gitu Aja...
Rekam jejak, perilaku, konsistensi, dan langkah-langkah sebelumnya tentu sangat membantu apa yang mau dituju oleh pejabat. Kepemimpinan itu netral, tidak bernilai secara moral, bukan dalam arti remeh, tidak bisa dinilai sebagai etis atau tidak, namun pemimpin, individu yang menjalankan yang bisa dinilai baik atau tidak. Mengapa demikian? Sangat tidak adil, karena msing-masing pribadi memiliki kepedulian berbeda, pemikiran berbeda, dan pola pendekatan yang berbeda, dan itu tidak ada yang lebih atau kurang. Masing-masing memliki porsi yang saling melengkapi.
Menyaksikan apa yang tersaji dari satu kisah, bisa menyenangkan melihat kolaborasi mereka, ada yang menyiapkan papannya untuk berteduh,  ada yang memberikan kebutuhan dasarnya, dan  ada yang mengingatkannya untuk berserah kepada Sang Pencipta. Hebat dan luar biasa bukan kepemimpinan bangsa ini bisa terjalin tanpa adanya kompromi terlebih dulu sebenarnya. mereka masing-masing melakukan sesuai dengan porsi yang pas bagi kebutuhan si nenek.
Apakah itu sesuai dengan pemikiran saya, tentu bisa tidak, apalagi dengan para pembaca yang lain. jika memang benar kolaborasi apik ini bisa untuk membangun Jakarta dan Indonesia, luar biasa bangsa ini. Pemimpin generasi muda yang menjanjikan  bagi kebesaran bangsa ini.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H