Tidak perlu sewot kemudian menuduh klaim Jokowi atau menabikan Jokowi, potensi main kayu ini bisa dilakukan siapapun. Baik incumbent ataupun penantang. Â Artinya, siapapun bisa menggunakan segala cara yang ada. Mengapa demikian? Godaan untuk murah dan mudah bisa membuat orang lupa daratan. Kalau kata Bang Napi almarhum, sepanjang ada kesempatan, kejahatan bisa terjadi.
Apa yang diperlukan agar model fitnah, hoax,penyerangan pribadi bukan program dan kinerja bisa maksimal?
Peran penyelenggaran pemilu yang makin kuat, tegas, dan melakukan tugas sebagaimana mestinya. Bekerja sama dengan kepolisian untuk menegakkan hukum. Perangkat perundangan sudah lengkap, namun mental terabas sangat kuat sehingga menciptakan pasal karet demi kepentingan diri dan kelompoknya.
Komitmen pemilu dan pilpres bersih bukan semata seremoni belaka. Bersih bukan hanya soal suap dan main uang namun juga bermartabat. Tidak menebar fitnah atau setengah data. Seremoni harus ditingkatkan menjadi gerakan moral yang bisa disanksi baik pidana atau sosial, bisa juga diskualifikasi, namun bukan hanya wacana.
Siap menang dan siap kalah. Menuntut sepanjang ada data dan fakta boleh, namun jika hanya asumsi dan klaim semata, ya perlu kesadaran bersama. Ini tugas parpol terutama elit untuk bisa membina dan mendidik kadernya untuk dewasa.
Cukup Jakarta saja yang tidak patut dan begitu panas. Biarkan demokrasi Indonesia berkembang dengan baik, natural, dan lebih bermartabat. Pisahkan agama, suku, dan sebagainya, demi Indonesia lebih baik. Demokrasi baik hanya jika perilaku manusianya baik pula.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H