Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid Tanpa Barcelona, Referendum Catalonia Merenggut La Liga

5 Oktober 2017   05:57 Diperbarui: 5 Oktober 2017   06:04 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca soal referendum Catalonia, jadi ingat bertahun lalu ada kakak tingkat yang sangat berubah. Awalnya sangat religius, cerdas, dan menatap ke depan. Tiba-tiba menyatakan mundur dan tidak lanjut dalam menapaki jalan hidupnya. Kata rekan angkatannya, karena ia merasa sendiri, teman dalam "rivalitas" sejak sekolah menengah sudah menyatakan mundur lebih dulu. Rekan sekaligus rival yang sangat lekat, kompetitif, dan menjadi pelecut itu pisah. Akhirnya satunya tidak lagi punya gregetuntuk maju lagi. Tidak ada yang membuatnya panas, termotivasi, dan terdorong untuk maju.

La Liga, Ya Barca dan Real Madrid

Rivalitas mereka selain karena sepak bola namun juga masalah politik yang selalu saja demikian. Susah bisa membayangkan Real Madrid akan besar sendirian dan tidak ada lawan sepadan. Atletico Madrid atau Valencia, atau lainnya hanya terkadang bisa kompetitif namun tidak seketat Barca.  Tidak mengagetkan kalau perpindahan langsung dari El Real ke El Barca atau sebaliknya bisa dilabel setarap dengan penghianat bangsa, seperti Luis Figo. Mereka sama sekali tidak akan mendapatkan respek, apalagi kalau bukan cemoohan dan lemparan sampah kalau mereka datang sebagai tim yang berseberangan. 

 El clasico sangat melegenda, liga Inggris, Italia, pun punya namun tidak segarang el clasico ala Spanyol. Apalagi ketika Madrid ditukangi Mou si provokator. Politik masuk ke sana. Pantas kalau mereka begitu membara, mewakili kubu masing-masing. Menariknya lagi kini dua palang pintu utama itu dua musuh politik itu. Bagaimana Ramos dan Pique berseteru dari klub hingga politik namun harus bekerja sama untuk timnas.

Juara Dunia dan Eropa, ya Barca Plus Lainnya

Juara Eropa dan Piala Dunia pertama, kemudian juara Eropa lagi, suka atau tidak tim itu tim Barcelona plus dari  tim lain, termasuk Madrid. Puyol, Pique, Xavi, dan Iniesta, mereka produk asli akademi Barca lagi. Ini tentu sangat menyesakkan Spanyol secara umum. Tambahan saja dari klub lain sebagai kekuatan "pengganti" pemain Barca yang berasal dari negara asing.

Jawara  Piala Raja, Si Anak Pungut

Aneh dan ajai Catalan ini, bagaimana Barca juara terbanyak piala raja yang tidak mereka ingini. Madrid pun kalah monncer malahan. Kan aneh sebenarnya. walaupun memang bukan level tertinggi gengsi piala raja tetap saja membuat Madrid tercecer malu juga. Barca yang "anak pungut" malah lebih sering menyimpan di lemari piala mereka. Sering tensi panas mewarnai perhelatan piala ini karena sikap Barca yang "meremehkan" pemberi piala.

Barca bisa ke mana saja, Perancis yang akan mengganggu dominasi PSG, Inggris makin membuat sesek  Opa Wenger dan Liverpooldian. Makin susah bagi mereka berdua bisa berbicara lebih banyak. Pelatih Arenal bahkan sudah mengakui makin sulit saja kalau Barca gabung di liga primer Inggris. Ini fakta bukan masalah minder.

 Barca jelas tidak membawa banyak kekhawatiran liga di mana bisa mereka bermain. Justru susah adalah Real Madrid. Kaca Madrid itu Barca bukan sebaliknya. Mereka akan kesepian dan merana. Orientasi Madrid yang hanya melihat Barca dan rencananya bisa membuat mereka kalang kabut. Gairah bermain level CR7, atau Gareth Bale akan hilang karena lawannya satu lvel di bawahnya. Mereka sudah yakin dulu sebelum liga dimulai. Gairah itu tidak ada karena sudah pasti menang.

Barca hanya perlu adaptasi tidak perlu semusim sudah bisa mengikuti ritme liga baru mereka. Tidak menutup kemungkinan satu musim awal sudah bisa menggengam juara kalau di liga 1 Perancis. Di Inggris yang lebih kompetitif bisa lebih lama, namun jaminan itu bisa dipegang.

Capaian Madrid yang sangat moncer di La Liga dan Liga Champions Eropa bisa menjadi menurun karena rival mereka yang  tidak kompetitif. Bagaimana bisa melaju kencang kalau mereka tidak memiliki pesaing yang setara. 

Hal ini mirip dengan liga Jerman, di mana Bayer Munchen sepi pesaing yang konsisten dan relatif sama. Liga mereka sepi. Liga Inggris memiliki empat hingga lima klub yang setara, bahkan kuda hitam selalu saja membuat tim mapan tidak bisa lengah. Italia juga miskin inovasi klub bisa berbicara banyak. Apakah La Liga akan sesepi Liga Jerman? Potensi itu sangat besar.

Mati-matian Spanyol mempertahankan Catalonia selain politis juga sepak bola, meskipun ekonomi juga tidak pernah bisa dipisahkan. Madrid pun tidak kan rela kehilangan rekan sekaligus rival terkuat mereka, meskipun sepuluh tahun terakhir mereka sesak nafas karena rivalitas yang sangat ketat itu. Jika referendum melibatkan seluruh Spanyol, pasti akan susah bagi Catalonia memisahkan diri, karena potensi mereka yang lawan dirindukan itu jauh lebih kuat.

Menarik klaim 90% dari pihak yang mau memisahkan diri, 10% dan Spanyol secara umum tentunya bisa berbicara lain pada akhirnya. Implikasi bola pun tidak mudah lepas dari politik.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun