Level yang berbeda tentu kalau membandingkan mereka. Setnov  tentu punya rekan di mana-mana. Tentu ini semua bergerak kalau diperlukan. Tidak perlu merengek atau marah-marah dengan meledak-ledak. Ketidakberdayaan itu bisa menjadi berdaya karena banyak yang membantu. Ternyata Jonru dan Buni Yani belum memanfaatkan potensi ini atau malah potensi yang sekiranya ada dulu, semua sudah berbalik badan dan sebentar lagi mengaku tidak kenal atau derita lu, memang gue pikirin?  Efektifitas relasi menentukan jelas ini soal relasi dalam alam pikir bangsa ini lho, bukan yang semestinya.
Kecurigaan dan kekhawatiran kalau hukum belum sama di depan seluruh warga dan anak bangsa ini makin terasa. Politik jauh lebih kuat dari pada kasus hukumnya. Uang dalam kasus Setya Novanto tentu susah dibuktikan keberadaan atau faktanya. Namun melihat betapa "mulusnya"jalan tol yang harus ia lalui susah juga mengesampingkan mengenai hal ini. Bagaimana  senyapnya "perjalanan" kasus Setya Novanto berbeda dengan terjalnya Buni Yani yang berkali-kali tampak emosional. Atau Jonru yang ikut-ikut mendadak sakit. Bedanya satu sakit di rumah sakit dingin karena pendingin ruangan, satunya tetap kedinginan di tahanan polisi. Ada kehangatan keluarga dan rekan serta kolega, satunya mana ada kehangatan kalau kesinisan iya. Beda kan?
Penegakan hukum itu tergantung kehendak baik. Bagaimana hal ini sebenarnya bisa menjadi momentum bersama sebagai anak negeri jika memang hendak benar-benar bebenah. Buni Yani harus mau bertanggung jawab sebagaimana Ahok sudah mendekam di penjara. Setya Novanto maju ke peradilan dan hakim yang menentukan apakah ia bersih atau memang terlibat, sehingga ia bebas itu benar-benar bersih tanpa kecurigaan ada main mata dengan semua pihak. Jonru bisa belajar berhati-hati jika mengeluarkan buah pikirnya.
Derita itu tentu bukan hanya tiga pribadi itu, keluarga besarnya juga terlibat. Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya coba. Apalagi jika anak-anaknya masih kecil?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H