Permainan yang berbeda juga, bagaimana biasanya permainan tim yang tidak seimbang akan menumpuk pemain tanpa mau keluar. Mereka menumpuk di belakang karena serangan yang tidak mampu mereka lakukan. Efek serangan Indonesia membuat mereka turun bukan karena mereka mau demikian. Cara bermain yang sportif bukan hanya mencari aman. Beda dengan kebiasaan Asia Tenggara lainnya.
Bertahan Total tidak Mesti Brutal.
Menarik adalah mereka tidak melakukan permainan kasar sama sekali. Tidak ada kartu kuning apalagi merah. Pelanggaran pun relatif wajar, tidak ada keinginan merusak pemain lawan dan terkendali. Cenderung tidak ada pelanggaran malah. Padahal bisa saja frustasi dan main kasar biasanya menjadi pilihan, ternyata tidak demikian. Acungan jempol untuk pemain Brunei usia muda ini.
Kedua kesebelasan menyajikan pertandingan enak, menarik, dan menghibur meskipun jelas pertandingan yang tidak seimbang. Tentu tidak jadi menarik kalau Brunei diam saja pokoknya tidak kebobolan dengan cara membuang bola setiap datang. Toh mereka juga menyerang meskipun tidak ada lima kali sepanjang 90 menit pertandingan. Mereka melakukan juga perlawanan sepanjang mereka mampu melakukannya.
Permainan yang bersih dari kekasaran apalagi menciderai lawan. Kedua kesebelasan memberikan hiburan pertandingan ala Eropa bukan Asia Tenggara yang cepat mengasari lawan, bukan cepat membuat gol. Keduanya memberikan sajian yang sama.
Pemenang dengan gol yang dalam hal ini Indonesia juga berbeda dengan tim Asia Tenggara lain dengan main guling dan jatuh tanpa sebab. Meskipun alasan harus membuat delapan gol. Â Toh setelah gol kedelapan tetap saja main ngotot. Masih juga membanggakan tidak main kasar.
Asia Tenggara yang masih jauh dari harapan untuk ikut hingar bingar bola dunia melihat pertandingan kemarin mulai memberikan harapan. Persoalan mendasar seperti soal tackling,mengambil bola bukan lawan, dan sejenisnya yang mendasar bisa mereka sajikan dan lakukan dengan baik.
Penyakit bangsa serumpun dengan menghambat pertandingan, provokatif, dan sejenisnya mulai harus ditanggalkan. Sepak bola modern masih belum menjamah Asia Tenggara, jangan nanti menyalahkan pihak lain, sedang kesalahan mendasar ada di karakter sendiri.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H