Prestasi itu kualitas kerja bukannya wacana, ide, atau gagasan semata apalagi jika diperparah dengan mempermalukan pihak lain. Pihak lain tentu memiliki rencana, fokus, dan program sendiri. Tanpa perlu menuding lembaga lain, jika mereka memang jawara tentu orang akan tahu. Ingat masyarakat sudah cerdas tidak perlu menuding diri atau pihak lain semua sudah paham kog. Pengakuan itu tidak perlu dipaksakan, tunjukkan dengan hasil, tentu semua akan mengacungkan jempol. Memangnya kalau sudah menuding akan diberi jempol? Itu dunia medsos .....
Dulu Polisi, Â Kemarin Dewan, Kini Kejagung....
Luar biasa KPK ini, semua menuding ke lembaga itu, padahal jelas kinerjanya, prestasinya, dan hasil capiannya. Memang tidak ada yang sempurna sepanjang dikelola orang, lembaga lain itu tidak perlu menuding, tapi melengkapi untuk menyempurnakan kekurangan lembaga lain, hoiiiii ini negara bukan saling menjatuhkan untuk hanya menaikkan harga diri semu lembaga sendiri.
Musuh Bersama itu Maling Alias Koruptor Bukan KPK
Selama ini sepertinya musuh bersama itu bernama KPK bukan maling yang ditangkapi KPK, atau mereka salah paham akan KPK ya? Kog bisa diam seribu bahasa soal maingnya namun malah gencar menyerbu KPKnya? Ini asli aneh, bukan memburu tikusnya, malah ikut memburu pemburu tikus karena dianggap tidak menggunakan pakaian yang pantas. Ya tikusnya ngakak sambil garuk perut ala tom n jerry.
Lembaga negara harus duduk bersama, merumuskan bagaimana negara ini mau dibersihkan dari tikus, sehingga ada sinergi, satu tujuan dan fokus yang sama. Ingat tapi penyakit lain, bicara di depan dan belakang berbeda khas pejabat negeri ini. sepakat soal korupsi musuh bersama tapi juga maling bersama di tempat dan waktu yang sama pun tidak malu.
Pencegahan tanpa memperbaiki mental juga sama juga bohong, ini soal mental. Ingat remunerasi, sertifikasi, kenaikan gaji, ini bukan soal pendapatan namun sikap tidak meras cukup dan puas akan yang didapat. Banyak juga kog orang pas-pasan namun tidak mau maling karena memang sudah memiliki sikap mental yang baik.
Pendidikan sekolah dan agama yang harus sampai mendidik hati dan jiwa bukan semata otak. Jika kecerdasan hati sudah terjaga, ada barang di depan mata pun tidak akan diambil. Lha perilaku maling berdasi sekarang ini jelas barang tidak di depan mata saja diupayakan untuk diambil dengan berbagai cara, kemudian menyiapkan cara agar bisa bebas dari jerat hukum. Jelas berbeda bukan apa yang terjadi. Jika alasan soal gaji atau pendapat itu omong kosong. Â Ahli agama, berpendidikan, Â toh sama saja malingnya, bukan soal tahu saja namun paham tidak itu yang belum dipahami bersama.
Sikap mental yang perlu diubah itu perlu pendidikan, pembinaan, dan kegiatan terus menerus bukan semata ide dan wacana. mengembangkan kerja sama bukan bekerja bersama-sama juga menjadi penting.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H