Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kejagung: OTT Bikin Gaduh

12 September 2017   08:45 Diperbarui: 13 September 2017   20:43 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OTT Bikin Gaduh dan Bisul Bangsa ini

Orang yang pernah mengalami bisulan akan tahu bagaimana reaksinya jika tersentuh. Ngilu dan sakit sampai ke mana-mana. Apa yang dinyatakan jagung soal OTT bikin gaduh sangat bisa dimaklumi. Apa yang diwacanakannya soal pencegahan juga bukan soal baru.

OTT Buat Gaduh

Entah mengapa level jagung bisa mengatakan demikian. Apa yang mereka perbuat dalam senyap, diam, dan tidak menimbulkan kegaduhan juga tidak memberikan hasil positif contoh dua kasus orang besar yaitu Harry tanu dan Dahlan Iskan, toh mentok terus. Atau karena ada "bisul" di tubuh jagung sehingga merasa panas dingin, demam, dan gak enak setiap kali ada aktivitas KPK, seperti OTT ini? soalnya orang bisulan itu sangat sensi jika tersentuh sedikit saja. Apa coba solusinya kalau OTT dianggap gaduh, baik jika ada alternatif soal pencegahan, apa benar dan efektif atau hanya karena tahu negara lain bisa?

Pencegahan, jikaFokus Mencegah, Bagaimana yang Sudah Malaing seperti Selama Ini?

Jangan lupa, bangsa ini sudah akut korupsinya, stadium empat, mosok mau divaksin, apa masih mempan atau malah tidak merambah ke mana-mana? Sepakat soal pencegahan, namun toh masih saja jalan di tempat seperti paskibra latihan baris berbaris. Mengapa demikian, salah satu yang jelas LHKPN pun masih dinilai sebagai hak bukan kewajiban, anjuran bukan perintah dan hukum wajib untuk diserahkan. Pajak dikuntit pun meradang, pengawasan juga seperti apa kualitasnya. Idenya tidak salah, namun apa tepat, sudah kena penyakit baru minta vaksin.

Sinergi, Bukan Soal Gengsi

Sinergi yang harus dibangun bukan malah saling merasa paling sukses, paling benar, paling bagus idenya, sedang pihak lain selalu salah, kurang, dan tidak pada porsinya. Jika sinergi yang ada adalah masukan untuk bergerak bersama untuk menahan laju maling-maling berdasi itu. Selama ini, hanya berkutat soal lembaga dan korps sendiri yang terbaik tanpa mau tahu isi di dalamnya keropos, meneropong kejelekan lembaga lain dan menutupi borok lembaga sendiri. Ini soal Mentalitas.

Mengakui Pihak Lain Tanpa Perlu Mempermalukan Pihak Lain untuk Menaikkan Citra.

Entah kapan dengan jiwa ksatria melihat pihak lain pun ada kebaikan dan prestasi. Pihak sendiri tidak mesti selalu benar juga, kadang salah, kadang juga ada kekurangan. Mau membangun citra itu tidak perlu menggunakan pihak lain sebagai kambing hitam. Luar biasa lucunya lembaga di negara ini. Selalu saja merasa kalau lembaganya paling baik dan lembaga lain yang berbuat salah dan buruk. Hampir semua demikian.

Prestasinya itu Kualitas, Bukan apa yang Diwacanakan, apalagi jika dengan Menegasikan Pihak Lain...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun