Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Novel Baswedan, Peran Antagonis dan Protagonis

8 September 2017   06:13 Diperbarui: 8 September 2017   17:36 2450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik apa yang ditampilkan KPK vs Dewan dengan salah satu pemain utamanya Novel Baswedan.  Dengan tidak mengurangi  ikut prihatin yang mendalam, ngikut Pak Beye mengenai penyiraman air keras ke muka dan menjadikan mata dan indra melihatnya belum semestinya, itu bagian dari trik dan intrik juga. Kisah Novel ini bisa jadi karya fiksi novel sesuai namanya. Bagaimana tidak kisah panjang polisi "nakal" dan "membelot" menjadi punggawa KPK sepenuhnya.

KPK vs Polisi

Ini saat ini nampaknya sudah tidak zamannya lagi. Era kekinian sudah bergeser ke DPR vs KPK.  Dengan kasus KTP-el yang berkepanjangan hingga adanya pansus segala, bukan gawe kecil juga, ketika KPK merespons dengan akan menelusuri jangan-jangan pansus ini pun potensial korup, nah lo...eh kini ketua KPK pun juga mengatakan akan menjerat siapa pun yang menghalangi penyelidikan kasus, jelas menyasar ke pansus dan jajarannya. 

Polisi tidak terkait, bahkan kapolri menyatakan tidak akan membantu dewan yang menginginkan TSK dibawa ke dewan,  ini eranya bukan ngotot-ngototan memang, dan ancamanan pembekuan anggaran untuk Kepolisian dan KPK lupa juga. Eh tiba-tiba cicak buaya berseri itu mau terjadi lagi  ketika  ada perwira polisi yang mau datang ke dewan, perwira ini membantu KPK karyanya kini. Lha dalah, ternyata malah mengatakan kisruhnya dengan sesama polisi  yang juga ada di KPK yang bernama Novel.  Hati-hati nih, jangan sampai kisruh DPR malah beralih ke polisi, dewan merajalela dengan petingkah nonhasil itu. Artinya ini bukan soal polisi sebagai lembaga dan KPK namun antarpolisi yang berkarya di KPK.

DPR vs KPK

Ini siapa lawan siapa namun tentu lebih banyak orang yang yakin kalau DPR cenderung menyerbu KPK dengan berbagai bentuknya. Siapa coba yang bisa membantah kalau KTP-el lepas dari kepentingan DPR. Dana yang begitu besar namun mutu fisik KTP-el sangat buruk. Kalah jauh dari kartu anggota minimarket yang diberikan cuma-cuma. Pansus yang dibentuk ini entah tujuannya ke mana, karena yang dikunjungi orang-orang yang dipidana karena korupsi. Kan tidak lucu kalau katanya mau menguatkan KPK namun temuannya semua menjurus soal KPK salah prosedur, KPK main kasar, bahkan ada desas-desus KPK pinjam uang untuk main jebak, lha mana ada penegakanan hukum dengan melanggar hukum.  

Sejatinya ini hanya puncak dari berbagai pertunjukan ala dewan yang memendam rasa jengkel adanya KPK. Coba dari ide pembubaran oleh salah satu pimpinan dewan yang tidak punya parpol itu, anggapan KPK superbody, KPK lebay dengan menggeledah ruangan di DPR bersenjata lengkap, dan banyak kisah banyak yang justru mempertontonkan DPR yang tidak bermutu. Berapa sih anggota dewan yang sudah vonis dan berketetapan tetap, yang masih ngantri, dan yang masih nunggu daftar tunggu untuk diciduk ataupun hilir mudik jadi saksi, termasuk yang sudah alih profesi dan jabatan lho ya.

Novel the series,

Entah ini dosa apa pada siapa juga, jelas-jelas tidak pernah sepi dari "jegalan" dan "sandungan". Ada-ada saja kisah yang mengaitkan dirinya. Masa lalu yang "harus bertanggung jawab" saat ada tahanan tewas, padahal lama lho, napa bukan dulu-dulu diselesaikan. Beberapa waktu lalu diguyur cairan kimia yang dikenal dengan air keras, bukan es batu lho ini. kisahnya belum tuntas, eh malah dia dilaporkan koleganya baik kolega di KPK ataupun kepolisian. Mengutungkan atau merugikan bagi KPK? Bisa saja dinilai menguntungkan sepanjang kepentingan bahwa KPK menjadi sibuk dan kekurangan personel, bagaimana mau mengurusi maling kakap kalau malah sibuk dengan jajaran internal.  Padahal bisa saja ini masalah "pribadi" Novel dengan pihak lain, namun mau tidak mau yang kena jelas KPK.

Siapa yang untung dengan  "kisruh demi kisruh" KPK, jelas saja para maling yang selama ini kenyang dan puas menggarong uang untuk pembangunan demi kepentingan sendiri. Ini kisah klasik kog bangsa ini banyak tikus, bahkan sejak era Belanda sudah dibina model suap, uang pelicin, KKN, dan jenis manipulatif lainnya. Enggan  lah mereka yang mau dibinasakan mata pencahariannya.  Mereka kan hanya berkedok menjadi pejabat ini dan itu, target utamannya adalah semperan yang asalnya dari malingan.

Siapa lagi yang diuntungkan? Ya mereka yang mau negara ini kisruh,  banyak banget yang ingin demikian. Negara ini kaya dan strategis, dan di mana ada yang potensial, tentu banyak yang mau menguasai bukan? Ini bisa berasal dari dalam negari juga luar negeri. Kerjasama dengan baik akan menghasilkan gonjang-ganjing negeri yang mereka sukai.

Akhirnya mau Novel sebagai protagonis atau antagonis itu sesuai kepentingan, sepanjang  menguntungkan kepentingan kelompok mereka didukung jika tidak jangan harap mendapatkan kawalan. Bisa jadi dia malah menjadi korban dari pertikaian elit dengan membawa-bawa lembaga yang berbeda. Kesetiaan pada bangsa dan negara dari banyak elit masih jauh dari harapan. Jauh lebih setia pada kelompok dan kultus. Mana dibawa ke mana negara ini coba jika demikian?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun