Ada dua kisah dua nenek muda yang jadi bahan gosip ibu dan nenek muda di RT saya. Dua nenek ini bersaudara, sepupuan, memang cucunya beda tahun, namun pengalaman yang sama. Nenek ini mengelap bayi cucu mereka kalau dipegang, ditowel, atau merasa gemas dan memegang bayi yang menggemaskan. Biasanya namanya ibu-ibu, bukan mencari mengapa dilap atau mengapa tidak boleh, malah mengatakan yang tidak-tidak dulu. Gayalah, kemayulah, atau hujatan di belakang lainnya.
Ternyata tidak sesederhana menyentuh pipi bayi yang menggemaskan itu. Bahkan dilaporkan ada yang hingga meninggalnya si bayi. Menurut laporan pernah ada bayi meninggal misterius, ternyata ia tertular penyakit dari tamu yang mencium pipi bayi itu, saat orang tuanya menikah (ingat jangan bahas menikahnya lho). Biasanya kita merasa baik-baik saja, merasa sehat, namun apa demikian bagi si bayi, baik mencium ataupun memegang atau menyentuh bayi.
Daya tahan tubuh bayi belum sekuat orang dewasa. Sering hal ini abai menjadi pertimbangan. Melihat bayi yang menggemaskan tangannya langsung menjulur untuk mengelus, menyentuh, atau menjawil lembut. Tidak jarang bibir pun dengan ringan hinggap di pipinya yang gemuk dan kemerahan. Padahal apa yang ada di jari atau tangan dan bibir belum tentu tidak membahayakan bagi bayi. Ingat soal daya tahan tubuh, belum tentu bagi orang dewasa yang tidak apa-apa itu bebas virus atau bakteri.
Tangan, bagaimana kita bisa menjamin tangan itu bersih sedangkan sebelum menyentuh bayi itu berapa jenis barang yang telah kita pegang. Apakah itu juga bebas kuman? Ingat saja dalam seharian itu apa yang kita sentuh, pegangan daun pintu, apalagi jika itu pintu pertokoan atau kantor. Perpindahan bakteri dan kuman sangat tidak mungkin tidak ada. Kalau sempat memasak, bagaimana talenan itu pun bukan tidak menjadi sumber berdiamnya kuman.
Alat tulis seperti pena pun tidak lepas dari keberadaan kuman. Belum lagi banyak hal yang kita pegang sebelumnya.. Belum lagi kalau mau menengok bayi tersebut harus menggunakan kendaraan dalam perjalanan. Bayangkan sendiri betapa banyak kemungkinan tangan kita mengumpulkan kuman dari mana-mana. Bisa berabe bagi bayi.
Mudah saja, buktikan ketika ada jerawat pegang saja, tidak memencetnya dengan tangan usai kita bepergian. Jangan lupa uang juga sumber perpindahan kuman yang sangat potensial. Kembali ini soal kemampuan dan daya tahan bayi dari kuman yang ada di tangan orang dewasa yang tidak akan terpengaruh. Apalagi jika bayi di kampung-kampung yang biasa digendong dengan selendang, bayi mengompol, ngiler, atau belepotan makanan pun dilap dengan kain yang sama.
Bibir, biasa apalagi ibu-ibu untuk langsung mencium bayi yang dinilai menggemaskan. Mungkin bagi orang dewasa hal ini tidak masalah atau hanya maslah kecil, seperti batuk, sariawan, atau pilek. Sepertinya hal sepele karena orang dewasa sudah memiliki daya tubuh yang kuat, hal ini berbeda dengan bayi. Jauh lebih berbahaya bagi bayi, apalagi jika si pencium tidak menjaga kebersihan mulutnya dengan baik. Ingat liur itu banyak mengandung bakteri, meskipun tidak ada liur yang tertinggal, bisa saja bibirnya basah dan ada kuman yang menempel.
Memang tidak akan mudah mengatakan, bayiku dilarang dipegang atau dicium sembarangan, atau dilap seperti tetangga saya. Hal ini bisa menjadikan relasional yang normal bisa menjadi buruk. Apalagi hidup bersama. Apa yang bisa dilakukan adalah:
Dimulai dari diri sendiri. Jadi tidak dengan mudah mengulurkan tangan atau bibir untuk menyentuh atau mencium bayi. Jika merasa tangannya bersih, apalagi sekarang banyak sabun tangan yang sangat praktis, bisa mohon izin dulu boleh tidak mencium atau menyentuh bayinya. Hal ini tentu sama-sama menguntungkan bagi kehidupan bersama. Jika ditolak karena alasan kesehatan, jangan sakit hati namun pahami, dan toh akan menerapkan yang sama jika pada posisi yang sama.
Lebih baik tidak perlu harus menyentuh apalagi mencium jika memang merasa tidak akan bisa menjamin bebas kuman pada tangan apalagi mulut. Ungkapan senang dan sayang serta ikut bahagia banyak caranya kog. Mendoakan jauh lebih penting dan bermanfaat, atau ungkapan kalimat verbal yang tulus juga tidak kalah baiknya.
Apabila ada orang tua yang mengangsurkan bayinya untuk dipegang atau dicium katakan jika memang tidak yakin akan kebersihan diri, demi kebaikan bayi dan kehidupan bersama. Tidak mau menggendong bayi bukan berarti tidak menghormati atau tidak mengasihi bayi, namun sekali lagi demi kebaikan bersama dan terutama si bayi.
Jika memang terpaksa melindungi bayinya agar tidak tertular penyakit yang berbahaya, sediakan tisu basah, namun jangan sampai terlihat pada orang yang baru saja menyentuh atau menyiumnya. Memang jauh lebih baik jika mengatakan terus terang tidak boleh menyium dan menyentuh demi kebaikan si bayi karena masih rentan akan penyakit.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H