Apa yang disampaikan Tjahjo Kumolo menarik, karena menyatakan Pak JK sebaiknya menjadi ketua timses pemenangan Jokowi. Melihat usia Pak JK susah juga untuk berkompetisi melawan pasangannya seperti periode lalu. Atau mau menjadi wakil presiden ketiga dengan tiga presiden berbeda, bisa juga.
Sejarah Terulang
Pak JK mengalami dua kali menjadi wakil presiden dengan dua presiden berbeda. Periode dengan Pak Beye, beliau juga pecah kongsi kalau Pak Beye memilih Pak Boed dan Pak JK berduet dengan Pak Wiranto. Bagusnya sikap Pak JK yang masih berhubungan baik dengan Pak Beye ataupun dengan Pak Boed. Jika kali ini pun ditinggal Pak Jokowi dengan pasangan lain, semoga hubungan baik sebagai seorang negarawan masih bisa terjadi. Pergantian pasangan dalam demokrasi adalah biasa, bukan rumah tangga juga.
Peran JK
Menarik apa yang dibawa sebagai profil Pak JK di pilpres 2014 adalah dari partai besar Golkar yang secara resmi tidak mendukung pasangan ini, namun semua tentu paham bahwa Golkar di bawah gerbong Pak JK cukup kuat dan besar. Suara Indonesia Timur yang suka atau tidak tetap masih kuat dikotomi itu, Jawa dan luar Jawa juga masih menjadi bumbu kuat dalam kondisi perpolitikan bangsa ini. nyatanya cukup jitu menghadapi pilpres yang sangat ketat dan keras itu. Posisi sebagai ketua dewan masjid juga bisa menutup lobang isu komunis dan Nonmuslim yang berhembus bagi capres Jokowi. Ini peran pra pemilu, dalam arti untuk mendulang suara,
Peran JK dalam Pemerintahan
Dalam beberapa kasus krusial, kebiasaan Pak JK yang memang menghidupi semboyan lebih cepat lebih baik ini seolah off side. Mengenai PSSI, mengenai kasus Pelindo, dan beberapa kasus sering salah posisi dan lupa ada presiden. Memang tidak pernah ada friksi keluar seperti era almarhum Gus Dur dan Bu Mega, namun potensi matahari kembar itu cukup kuat, jika tidak piawai biduk bisa terjun bebas karena kopilot yang main mata dengan banyak kepentingan. Belum lagi soal komentar beliau jauh sebelum masa pilpres soal kemampuan Pak Jokowi.
Peran Partai Politik Pendukung
Apa yang ada dalam kalkulasi partai polittik tentu tidak akan jauh jauh dari apa dapat apa, tentu paling besar posisi wapres karena presiden telah ada, dan lucu kalau mau didegradasi tanpa alasan yang cukup masuk akal. PDI-P tentu tidak akan mengubah dukungan, kecuali amnesia akut. Pemenang pemilu lalu ini sudah jelas posisi. RI-2 tentu sangat menarik. PKB yang tidak punya cukup banyak modal ini pun sudah jauh hari menyatakan diri patut menjadi RI-2. Golkar sebagai dua besar periode lalu telah menyatakan Jokowi sebagai kandidat  terkuat untuk RI-1 dua periode.Â
Mereka juga miskin kader yang mumpuni untuk duduk di posisi wapres. Banyak kader potensial namun potensial pula masuk bui, riskan bagi Golkar. PAn tidak perlu menjadi perhitungan. Selain suara kecil, partai suka dua kaki ini justru sering menjadi beban dengan manufer gawan bayimereka. Ketua umumnya malah sudah mengindikasikan mau maju sebagai calon presiden. Partai lain tidak banyak masalah karena mereka tahu diri dengan keberadaan dan kondisi mereka. Demokrat malah bisa menjadi potensial merapat dengan maksud untuk lahan belajar bagi AHY belajar banyak misalnya menjadi menteri dulu. Kalau pososi RI-2 terlalu berat.
Potensial RI-2
Jusuf Kalla masih bisa maju lagi. Signal dari Tjahjo ini bisa saja mau tahu reaksi JK dan Golkar bagaimana mereka melangkah. Masih terlalu kuat dan pas posisi JK di kancah nasional. Sepak terjangnya masih relatif  baik meskipun sering menyerempet bahaya, toh masih bisa dikendalikan dengan baik oleh presiden.
Gatot Nurmantyo. Militerism centris masih kuat juga bagi bangsa ini. Tentu paling potensial ada di pundak jenderal bintang empat ini. Catatan masalah juga relatif bersih. Apalagi soal korupsi belum pernah terdengar namanya di sebut dalam pusaran korupsi tingkat tinggi. Kesuksesan menangkal 212 dan jilid berikut patut juga mendapat kredit point. Pendekatan kepada kelompok agamis cukup baik dan tidak ada masalah dari segi apapun.
Tito Karnavian. Bintang muda kepolisian ini telah menjamin keadaan negara dalam negeri baik. Reformasi ke dalam juga terasa ada perbaikan. Komunikasi dengan purnawirawan dan seniornya sangat bagus, sehingga anak kemarin sore yang dinaikan ke atas tanpa menimbulkan gejolak. Banyak bintang tiga yang merupakan seniornya tanpa adanya kasak-kusuk. Keberaniannya mengambil keputusan pada kelompok yang mau mencoba-coba tidak sejalan dengan garis bangsa tidak perlu diragukan.
Tahun politik menjelang. Pemilu serempak juga menjadi sarana untuk saling mengintai, mengira, dan memantau pergerakan rival. Pesan presiden bahwa tahun politik para menteri bekerja bagi negara patut menjadi peringatan, agar menteri tidak abai akan kewajiban malah sibuk dengan yang tambahan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H