Si Calon Anak
Membayangkan, jika lahir dalam penjara, ibunya terpidana, keluarganya menolak misalnya, mau jadi apa anak ini? Sejak bayi merah harus dalam pengasuhan yang sangat tidak jelas. Memang banyak kemungkinan, namun dikandung dalam kandungan orang yang setiap saat berbicara, berdiskusi, dan berpikir mengenai kebencian terus menerus, susah membayangkan anak menjadi anak yang taat, santun, penuh kasih sayang, dan memberikan cinta kepada siapa saja. Sangat besar kemungkinan menjadi anak yang suka memberontak, melawan, dan pendendam. Memang tidak sepenuhnya benar, namun potensial menjadi anak yang demikian.
Peran Agama dan Pemuka
Agama itu akan bisa dinilai dari buahnya. Bagaimana agama menjadi sarana permusuhan, sarana melampiaskan kebencian. Pendidikan agama yang mendasar sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Hapalan, ritual itu penting namun belum cukup. Pengamalan, melakukan dalam tindak nyata itu jauh lebih mendesak untuk dihayati. Kebencian jelas bukan buah pribadi beragama. Agama masih semata ritual dan kalimat suci, belum meresap dalam hati.
Apakah bangsa ini masih akan terus melahirkan Dian dan calon anaknya terus dalam kungkungan  pemahaman agama dan pelaku agama yang demikian terus? Beruntung bahwa UU Ormas lahir, sehingga potensi itu bisa dikurangi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H