Letakkan agama pada porsi dan proporsinya. Agama jika sudah menjadi iman, akan menjadi gaya hidup, bukan semata ritual, hapalan, dan kalimat suci semata namun mengalir dalam hidup. iman sebagai  gaya hidup akan tercermin dalam perilaku. Mana ada coba sebenarnya bisa mengatakan  ats nama Tuhan namun merampok tanpa merasa berdosa. Berapa saja pejabat dan politikus yang maling namun masih berdalih sebagai cobaan Tuhan, atau tidak mau mengaku malah menuduh pihk lain sebagai penjahat. Padahal tidak ada yang mengaku tidak beragama lho. Seharusny malu mengaku beragama namun tabiatnya jauh dari nilai agama.
Membedakan tujuan dan cara saja masih bingung tidak karuan, bagaimana mau membangun bangsa. Ketika orang bercita-cita jadi presiden, kursi presiden terraih, ya sudah, fokusnya mempertahankan kursi itu selama mungkin. Jika sarana sebagai membangun bangsa misalnya, tentu pembangunan yang menjadi prioritas bukan mempertahankan kursi itu. Hal ini adalah penyakit bangsa ini, akut bahkan.
Kursi, jabatan, dan kekuasaan itu baik, sah, dan tidak ada yang salah darinya, namun bagaimana menghayatinya itu yang penting. Sistem yang ada pun tidak banyak bisa diharapkan, karena dibangun oleh pribadi-pribadi bobrok. Keinginan baik akan menjadi jembatan emas untuk mengubah segaanya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H