Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat: Ada Tawaran Menteri dan Santap Siang Berupa Bubur

15 Agustus 2017   10:11 Diperbarui: 16 Agustus 2017   21:48 3111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrat: Ada Tawaran Menteri, dan Santap Siang Berupa Bubur

Beberapa hari lalu ramai menjadi perbincangan soal pertemuan Agus dengan Gibran. Idenya adalah Agus menghadap presiden, entah mengapa malah lebih mengemuka soal Agus dan Gibran. Belum juga surut soal perbincangan Gibran-Agus, eh muncul dari kalangan dalam Demokrat soal tawaran menteri kepada Demokrat, jauh sebelum acara itu, sesaat sebelum voting UU Pemilu.

Kronologis waktu dan politis

Secara kronologis, "tawaran" menteri yang berkaitan dengan hitung-hitungan soal UU Pemilu. Jika klaim Demokrat benar adanya, sudah jauh lebih dulu daripada pertemuan dengan Presiden Jokowi soal the Yudhoyono Istitute.Isu dan tanggapan beredar ke mana-mana. Diikuti pertemuan Agus-Jokowi tentunya, bukan malah Gibran yang dibahas panjang lebar. Secara waktu dan politis tentu bnyak tanya mengapa usai pertemuan yang "gagal" bagi Agus malah baru muncul berita soal kursi. Secara politis pun sudah telat dan gagal.

Tawaran Menteri dan Peran Demokrat

Demokrat yang main dua kaki telah dipahami dengan baik oleh bangsa ini. Peran apa yang dimaui dengan tawaran menteri itu, toh ribut dan tidak ada yang merespons selama ini diam sendiri. Tidak terlalu signifikan dan berpengaruh posisi Demokrat, jauh lebih strategis Gerindra jika mau menjinakkan atau mengooptasi.Paling dirugikan itu justru kubu oposisi dengan keberadaan Demokrat yang tidak kerja mendapatkan kursi pimpinan di dewan dan majelis. Pameo politik itu cair tidak bisa dilupakan juga soal kepentingan. Kepentingan dan keuntungannya sangat jauh. Apalagi jika yang diklaim itu pos PKB dan PAN. Jauh lebih merapat ke PKB dengan menteri yang telah bekerja dengan relatif baik daripada mengganti orang yang belum jelas. Apalagi jika Menpan RB, mengerikan dua kali ganti dan dari parpol yang tidak bisa diatur lagi, sangat merugikan posisi pemerintah justru.

Pertemuan Agus ke Presiden

Siapa yang berinisiatif jelas kubu Agus yang merasa membutuhkan restu presiden, adat timur dan sopan santun politik tentu. Apabila klaim soal tawaran menteri seolah presiden kesulitan berkomunikasi dengan SBY, lha nyatanya secara protokoler pihak Agus bisa dengan mudah mengadakan janji, mosok sebaliknya tidak bisa. Aneh dan lucu, ketika para presiden tidak bisa mengadakan komunikasi dengan lancar, maka perlu pihak ketiga dan keempat segala. Tidak heran negara ini tidak maju. Bagimana pemerintah itu tidak ada mantan, apalagi presiden, jika demikian, enak saja yang diganti bisa melepas tanggung jawab atau emlarikan diri dengan banyak hutang atau tanggung jawab lain. Belum lagi soal  jamuan nyleneh,siang hari kog bubur.

Jamuan Makan Siang Berupa Bubur

Beberapa pengamat mengatakan bubur sebagai hal yang sederhana, universal, dan merakyat, asli Nusantara dan sebagainya, namun ini politik, bisa pula dimaknai masih kanak-kanak yang belum cukup kuat berpolitik di level elit. Peringatan cukup keras dan kuat jika benar demikian, Demokrat perlu hati-hati, karena apa yang mereka banggakan selama ini levelnya masih jauh untuk bisa bersaing setara.

Mengapa baru sekarang soal menteri?

Menarik, hal ini mengapa diungkap sekarang. Jauh lebih heboh dan menguntungkan secara politik jika jauh hari sebelum ini. apalagi Demokrat sudah bertemu dengan pihak yang berseberangan, dan baru kemudian kepada "yang menawari".  Dengan mudah dibaca arahnya. Banyak pilihan yang bisa menjadi momentum Demokrat membalik keadaan, jika sebelum UU Pemilu diketok sudah menyuarakan, tentu dengan mudah menilai pemerintah hanya fokus pada kepentingan pribadi dan kelompok dengan bagi-bagi jatah menteri, mana komitmen di awal. Kini semua itu sudah buyar, tidak akan laku, karena sudah dimentahkan kedatangan Agus ke istana. Tidak bisa disangkal itu bukan undangan justru pihak Agus yang datang minta waktu, beda jauh artinya.

Manufer telat karena politikus Demokrat selevel anak-anak yang makan bubur

Sepeninggalan Ruhut dengan segala kontroversinya, Demokrat keteteran di dalam menjawab apalagi menangkis isu-isu terbaru. Malah di luar Ruhut bisa seenaknya meledek dan menghantam rekannya di Demokrat. Kekanak-kanakan dan salah strategi di dalam menjual partai menjadi gaya hidup Demokrat kini. Mati gaya dan salah langkah yang jelas-jelas terpampang tidak bisa dikamuflasekan dengan cerdik.  Kekalahan telak di pilkada DKI, kemudian mennag karena mendukung Anies, pertemuan dengan Prabowo dan pertemua Agus dengan presiden menunjukkan kepiawaian Demokrat masih perlu banyak belajar.

Sosok Sentral SBY

Demokrat susah dipisahkan dengan Yudhoyono, SBY usai, memaksakan siapa lagi karena hanya ada Ibas dan Agus yang harus cepat-cepat lepas seragam militer. Ibas tentu sudah tidak bisa diapa-apakan, selain terbelit dengan berbagai isu, dia sendiri tidak cakap untuk menjual diri sebagai politikus ulung, apa yang perlu dilakukan, gampang banyak omong yang benar dan berkualitas sebagai politikus itu, bukan kertas dikirim ke media, apalagi berkicau yang kontraproduksi yang kemudian ketakutan karena pernah salah. Terus saja sebenarnya, eh malah mengkeret. Agus akhirnya turun gelanggang, eh malah Gibran dapat panggung. SBY masih belum terlihat sukses menampilkan Agus sebagaimana mestinya, ia sendiri terlalu jauh ikut campur, semua jadi bubur malah.

Malu-malu mau, ala Demokrat, yang kali ini nampaknya akan gagal. Kesempatan bisa lewat jika tidak tepat membidiknya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun