Apakah Terstrukur dan Terorganisir?
Ya, jika jeli ada pihak-pihak dan orang tertentu semangat membuat artikel, status, postingan yang salah, jika ditemukan kesalahan akan beramai-ramai dibantu oleh kelompok pendukunganya, jika secara fakta salah dan tidak lagi bisa mengelak, akan ngeles danhilang untuk sementara, atau ada satu dua yang sok sportif minta maaf. Mengapa sok? Karena esoknya mengulang model yang sama. Pola yang sama, terulang, dan terus terjadi, paling tidak ada indikasi adanya rencana yang matang untuk itu.
Apakah hanya Cukup Diam?
Sepanjang mampu membuat tulisan atau postingan yang memberikan fakta sebaliknya mengapa takut. Perlu juga jaringan atau linkuntuk membantu jika ada yang diserang kelompok yang terusik. Jangan salah, membantu bukan untuk mengaburkan fakta dan menyesatkan namun menguatkan fakta bahwa ini lho fakta yang lebih valid dan faktual. Â Jika memang tidak atau belum siap, memang tidak usah, risiko lapak penuh caci maki.
Posisi Kompasiana
Posisi strategis sebenarnya bisa diambil oleh Kompasiana. Kritis bukan berarti nynyir dan membenarkan yang salah, apalagi menyalahkan yang benar. Sikap obyektif, netral, dan aktual tentu menjanjikan. Pemangku kebijakan memiliki afiliasi politik boleh dan sah-sah saja, namun sebagai media tentu ada jalur yang harus berbeda.
Kelompok tertentu tahu dengan baik, jika pemahaman orang itu tidak dalam, sikap kritis belum terbangun, dan kemauan untuk mencari pembanding masih rendah, diperparah sikap malas membaca dan memaknai dengan lebih baik. Kesempatan empuk itu dimaksimalkan demi kepentingan sendiri dan kelompoknya.
Akankah begitu terus?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H