Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik dan Pedang Bermata Dua Media Sosial

6 Agustus 2017   08:45 Diperbarui: 8 Agustus 2017   06:45 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Terstrukur dan Terorganisir?

Ya, jika jeli ada pihak-pihak dan orang tertentu semangat membuat artikel, status, postingan yang salah, jika ditemukan kesalahan akan beramai-ramai dibantu oleh kelompok pendukunganya, jika secara fakta salah dan tidak lagi bisa mengelak, akan ngeles danhilang untuk sementara, atau ada satu dua yang sok sportif minta maaf. Mengapa sok? Karena esoknya mengulang model yang sama. Pola yang sama, terulang, dan terus terjadi, paling tidak ada indikasi adanya rencana yang matang untuk itu.

Apakah hanya Cukup Diam?

Sepanjang mampu membuat tulisan atau postingan yang memberikan fakta sebaliknya mengapa takut. Perlu juga jaringan atau linkuntuk membantu jika ada yang diserang kelompok yang terusik. Jangan salah, membantu bukan untuk mengaburkan fakta dan menyesatkan namun menguatkan fakta bahwa ini lho fakta yang lebih valid dan faktual.  Jika memang tidak atau belum siap, memang tidak usah, risiko lapak penuh caci maki.


Posisi Kompasiana

Posisi strategis sebenarnya bisa diambil oleh Kompasiana. Kritis bukan berarti nynyir dan membenarkan yang salah, apalagi menyalahkan yang benar. Sikap obyektif, netral, dan aktual tentu menjanjikan. Pemangku kebijakan memiliki afiliasi politik boleh dan sah-sah saja, namun sebagai media tentu ada jalur yang harus berbeda.

Kelompok tertentu tahu dengan baik, jika pemahaman orang itu tidak dalam, sikap kritis belum terbangun, dan kemauan untuk mencari pembanding masih rendah, diperparah sikap malas membaca dan memaknai dengan lebih baik. Kesempatan empuk itu dimaksimalkan demi kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Akankah begitu terus?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun