Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo, SBY Kedua Perpolitikan Indonesia dan Minimnya Kaderisasi

31 Juli 2017   06:30 Diperbarui: 2 Agustus 2017   08:09 3193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gatot Nurmantyo, SBY Kedua Perpolitikan  Indonesia dan Minimnya Kaderisasi

Nama jenderal satu ini, paling moncer di antara banyak nama. Muka baru, muda, dan tentu relatif bersih dari pada orang lama. Tidak heran partai dari pihak bukan pendukung pemerintah melirik dengan ketat, demikian juga partai pendukung pemerintah. Nama terkuat untuk mendampingi nama yang sudah mapan, presiden saat ini, Pak Jokowi dan juga nama kuat sejak pilpres lalu, Pak Prabowo.

Militer

Jiwa bangsa ini ternyata masih susah untuk lepas dengan namanya militer dan orang berseragam. Tidak heran banyak sekolah membuat seragam mirip-mirip militer. Pemerintahan pun seolah kalau dipegang sipil belum menjanjikan. Paling tidak merasa aman kalau Pak Gatot mendampingi Pak Jokowi untuk pilihan presiden mendatang. Atau mau kedua-duanya jenderal sebagaimana jika berpasangan dengan Pak Prabowo.

Muda dan Populer

Era lalu, Pak Beye juga muda, dalam arti relatif muda, populer, dan memberi harapan besar untuk republik ke depan. Jenderal aktif yang gagah dan meyakinkan banyak pihak, masuk pada kabinet dan berjalan dengan baik. Tidak pernah ada masalah yang serius di dalam pemerintahan. Kali ini,Gatot Nurmantyo juga memiliki peran yang hampir sama. Bersih juga dengan berbagai sikap taktis di belakang presiden dan mengawal bangsa dan negara ini, masuk dalam jajaran pejabat tinggi negara menjadi Panglima TNI. Relatif muda juga, relatif menjanjikan juga, dan masih belum ternoda oleh kepentingan politik selama ini.

Godaan Politik

Tentu tidak mudah, di mana negara masih muda dalam berdemokrasi, kursi dan kekuasaan seolah segalanya. Kedudukan presiden dan wakil sangat strategis dan menjanjikan dalam banyak bidang. Pak Beye dulu keluar dari kabinet dan mendirikan partai politik yang diberi nama Demokrat, soal apakah namanya menghianati makna kasus berbeda tentunya. Kini,Pak Gatot Nurmantyo juga memiliki godaan yang sama, bedanya, dia tidak perlu susah-susah membuat parpol, karena akan dan bahkan sudah beberapa partai politik meliriknya dengan tajam.

Partai Minus Kader

Selama ini partai menemukan sosok kuat, potensial, tenar, dan menjanjikan. Mana ada sih partai politik yang memiliki kader selengkap Pak Jokowi, Bu Risma, atau Pak Gatot seperti saat ini? mereka lahir pada jalur masing-masing, pada karirnya yang jauh dari politik, hanya akhirnya ditemukan orang partai politik untuk menjadi kepala di tempat masing-masing. Partai politik sama sekali tidak berprestasi selain membuat kontroversi demi kontroversi. Mana sih Politikus sukses di kancah pemerintahan? Hampir tidak ada, lebih banyak masuk penjara iya. Kader menciptakan partai atau kader potensial masuk pada partai atau meminjam partai untuk mengantar ke tangga kekuasaan.

Dana Partai

Melihat apa yang dihasilkan partai politik selama ini, bagaimana mereka tidak memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa dan negara, apa fungsi mereka jika demikian? Dana partai dari negara cukup besar, belum lagi yang merampok dengan cara preman ataupun jalur resmi. Coba buat apa jika menghasilkan satu saja kader hebat tidak mampu.

Tidak heran, lemahnya partai politik, membuat lemah juga diplomasi negara, dan lemha juga pemerintahan karena ternyata lebih banyak dihuni oleh petualang-petualang politik, bukan pejuang politik yang berpikir bagi bangsa dan negara.

Kaderisasi Berjenjang dan Berkelanjutan

Selama ini partai politik malas bekerja keras. Paling mudah menemukan orang potensial, kuat, menjanjikan, dan dibajak atau dengan suka rela menjadi kader kemudian dipertaruhkan dan dipertarungkan di dalam konstelasi politik. Sikap demikian membuat pertanggungjawaban moral partai politik pada kader dadakan ini sangat minim.

Lihat bagaimana mereka merespons kejahatan "kader" mereka yang tertangkap KPK, kepolisian, kejaksaan? Bahkan presiden sekalipun digebugi oleh partai pendukung karena tidak merasakan adanya kesatuan ideologi antara presiden dengan partai politiknya. Belum lagi partai politik yang hanya ikut-ikutan.

Kelemahan akan taat azas dan pilihan. Sikap ini sangat menguasai perpolitikan bangsa ini. Bagaimana pemutarbalikan fakta dan data dengan mudah dibuat. Menghujat Pancasila sekaligus mengakui Pancasila dengan gampangnya. Manusia religius dengan kalimat dan pakaian, namun merampok tidak merasa berdosa. Hal ini sangat kuat, jangan heran demi kekuasaan dan kepentingan bisa melupakan jalur, proses, dan perjuangan.

Tentu bukan salah sosok tenar seperti Pak Beye dan Pak Gatot, atau Pak Jokowi, Bu Risma, namun partai politik harus introspeksi, evaluasi, dan berkaca mengapa orang baik enggan berpolitik praktis. Partai politik sarang penyamun.Jangan membantah kalau hanya wacana, nyatanya parpol dan dewan paling banyak maling dan kecil kepercayaan publik kepada dua lembaga itu. Partai politik belum memberi jaminan,poting kompas membuat orang enggan berproses, berdinamika di dalam parpol, toh bisa membeli dan jaminan kader yang baik tidak ada. Parpol masih kultus individu,penyakit akut parpol. Cerdas, potensial, bisa hilang karena tidak tahan dengan feodalisme parpol. Parpol masih bisa dibeli, kader yang merangkak, bisa dilompati pengusaha yang mau cari aman, pengacara yang mau main politik, atau orang banyak uang lainnya untuk bisa masuk pada jajaran elit tiba-tiba.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun