Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo, SBY Kedua Perpolitikan Indonesia dan Minimnya Kaderisasi

31 Juli 2017   06:30 Diperbarui: 2 Agustus 2017   08:09 3193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat apa yang dihasilkan partai politik selama ini, bagaimana mereka tidak memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa dan negara, apa fungsi mereka jika demikian? Dana partai dari negara cukup besar, belum lagi yang merampok dengan cara preman ataupun jalur resmi. Coba buat apa jika menghasilkan satu saja kader hebat tidak mampu.

Tidak heran, lemahnya partai politik, membuat lemah juga diplomasi negara, dan lemha juga pemerintahan karena ternyata lebih banyak dihuni oleh petualang-petualang politik, bukan pejuang politik yang berpikir bagi bangsa dan negara.

Kaderisasi Berjenjang dan Berkelanjutan

Selama ini partai politik malas bekerja keras. Paling mudah menemukan orang potensial, kuat, menjanjikan, dan dibajak atau dengan suka rela menjadi kader kemudian dipertaruhkan dan dipertarungkan di dalam konstelasi politik. Sikap demikian membuat pertanggungjawaban moral partai politik pada kader dadakan ini sangat minim.

Lihat bagaimana mereka merespons kejahatan "kader" mereka yang tertangkap KPK, kepolisian, kejaksaan? Bahkan presiden sekalipun digebugi oleh partai pendukung karena tidak merasakan adanya kesatuan ideologi antara presiden dengan partai politiknya. Belum lagi partai politik yang hanya ikut-ikutan.

Kelemahan akan taat azas dan pilihan. Sikap ini sangat menguasai perpolitikan bangsa ini. Bagaimana pemutarbalikan fakta dan data dengan mudah dibuat. Menghujat Pancasila sekaligus mengakui Pancasila dengan gampangnya. Manusia religius dengan kalimat dan pakaian, namun merampok tidak merasa berdosa. Hal ini sangat kuat, jangan heran demi kekuasaan dan kepentingan bisa melupakan jalur, proses, dan perjuangan.

Tentu bukan salah sosok tenar seperti Pak Beye dan Pak Gatot, atau Pak Jokowi, Bu Risma, namun partai politik harus introspeksi, evaluasi, dan berkaca mengapa orang baik enggan berpolitik praktis. Partai politik sarang penyamun.Jangan membantah kalau hanya wacana, nyatanya parpol dan dewan paling banyak maling dan kecil kepercayaan publik kepada dua lembaga itu. Partai politik belum memberi jaminan,poting kompas membuat orang enggan berproses, berdinamika di dalam parpol, toh bisa membeli dan jaminan kader yang baik tidak ada. Parpol masih kultus individu,penyakit akut parpol. Cerdas, potensial, bisa hilang karena tidak tahan dengan feodalisme parpol. Parpol masih bisa dibeli, kader yang merangkak, bisa dilompati pengusaha yang mau cari aman, pengacara yang mau main politik, atau orang banyak uang lainnya untuk bisa masuk pada jajaran elit tiba-tiba.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun