Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, Prabowo, HTI, dan Pertanggungjawaban Moral atas Pilihan Diam

28 Juli 2017   08:09 Diperbarui: 28 Juli 2017   15:59 2993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang bisa menjamin bahwa yang sekarang seolah bersatu di dalam ide kekhilafahan itu akan satu bulat untuk pemimpin yang satu ambil contoh misalnya mereka yakin akan sosok Yusril IM. Bagaimana dari kelompok PKS? Bagaimana  yang lain? Padahal  PKS sendiri banyak faksi yang tentu banyak tersaji dengan gamblang. Satu kelompok saya bertikai, belum lagi jika 25, 30, siapa menjamin akan mulus?

Tengok, hari ini katanya alumni 212 dengan 25 ormas mau berdemo. Artinya, minimal ada 25 orang yang berpotensi menjadi pemimpin paling tinggi. Mau tidak yang 24 itu tunduk, sama sekali tidak mungkin. Di antara itu pasti ada yang meminta bantuan nasionalis lemah iman. Bagaimana ini bisa diatasi?

Kekuasan memang enak dan manis. Apakah orang hanya berpikir manisnya saja, tanpa mau memikirkan pahit, risiko, dan jalan terjal yang akan dihadapi. Nasionalisme sangat susah dibangun bukan karena asing yang mengganggu, kepentingan nasional yang banyak mau dan bertikai sendiri dimanfaatkan oleh pihak lain untuk mengail air keruh.

Tentu para pendiri bangsa, alim ulama, cerdik cendikia masa pergerakan 45 sedang menangis sedih, negeri yang mereka wariskan begini rupanya. Mereka mewariskan nasionalisme yang mereka gali dengan curahan darah, air mata, pembuangan demi pembuangan, dihancurleburkan hanya demi jabatan presiden, kepala daerah dengan melakukan banyak hal yang memunggungi asas nasionalisme yang mereka perjuangkan.

Jangan salah dan mudah terprovokasi dengan istilah demokrasi, ketika orang berwacana itu sekaligus menghianati demokrasi dalam rekam jejaknya. Bangsa ini bangsa besar, bangsa bermartabat, jangan mudah dikelabui dengan istilah teknis penuh tipu daya dan kamuflase.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun