Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Menyikapi Persoalan Hukum ala Tokoh-tokoh Ini

13 Juli 2017   08:24 Diperbarui: 14 Juli 2017   10:21 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, reaksi yang tidak proporsional. Ingat mereka elit bangsa ini. Mereka masuk pada jajaran orang yang bisa membuat merah putihnya bangsa ini. Namun perilakunya sering tidak berimbang. Masalah pendidikan dan perkembangan memprihatinkan berarti. Hukum hadapilah dengan hukum bukan yang lain.

Ketiga, campur aduk masalah. Bagaimana kasus hukum bisa menjadi kasus politik , kasus agama, dan sebagainya. Fokus, bangsa ini sering lepas fokus sehingga krisis identitas.

Keempat, hadapi dengan kepala dingin. Jika memang benar, kebenaran tidak akan bisa dikalahkan. Bagaimana proses hukum harus dijalani. Jalani duku baru dibuktikan bukan berteriak=teriak, kemudian  mengaku. Ini banyak pada kasus lain demikian.

Kelima, pembentukan opini dan juga pemaksaan kehendak. Hal ini masih jamak terjadi dan ironisnya dilakukan elit bangsa. Mereka tidak peduli bangsa merana asal mereka bahagia. Miris sebenarnya jika demikian, ini bangsa merdeka atau penjajahan bangsa sendiri? Elit itu juga bagian utuh bangsa.

Keenam, mengaku ketika sudah sangat terdesak. Sayang sekali merasa bangsa besar, adiluhung namun mental tempe. Banyak kasus tidak spesifik dalam oknum dalam judul, bahwa merek toh akhirnya mengakui. Sikap mental yang payah dan parah.

Sekiranya dapat melakukan beberapa hal untuk perbaikan.]

Pendidikan, jelas sangat memegang peran penting menyatakan kebenaran adalah kebenaran bukan opini apalagi asumsi. Sikap kritis sangat rendah di dalam pendidikan bangsa ini.

Agama, bukan semata ritual dan upacara, namun menjadi gaya hidup dan jalan hidup. tahu bahwa mencuri apapun bentuknya salah, bukan kalau tidak ketahuan itu benar, mana agama yang menyatakan demikian? toh beragama, toh aktif, dan juga tidak kurang ibadatnya, namun sama saja.

Penegakkan hukum sebagaimana mestinya. Hukum ya hukum, jangan campur aduk dengan politik terutama. Selama ini hukum masih kalah dengan uang, tekanan massa, dan sering pula opini bisa mengubah semuanya.

Keteladanan dari elit, sering terulang kejadian justru yang buruk. Miris menyaksikannya, bangsa merdeka namun mentalitas elit seperti penjajah. Menjaga jarak, minta dilayani, menindas, dan sejenisnya. Sikap ini mempengaruhi hukum.

Sikap malu jika ketahuan melanggar hukum.  Jauh dari harapan, karena malah merasa bangga karena memiliki uang dan kuasa. Lihat saja sikap menantang dan malah menindas aparat penegak hukum. Kuasa ini bisa uang atau jabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun