Dua, baru kali ini ada ketua dewan lampau nyaring terdengar marah karena merasa upetinya kurang banyak soal KTP-El. Belum lagi yang masih menjabat dan pernah menjabat namun terjungkal, pokoknya keren lah prestasi mereka.
Tiga, pimpinan dewan independen yang tahan banting. Coba mana pernah malu meskipun lembaganya salah namun tetap saja menuding pihak lain sebagai lembaga yang buruk. Tidak hanya sekali dua kali, puluhan kali malah.
Empat, ide untuk mereka tidak pernah mati. Soal uang dan pembangunan mereka jagoan lho. Apalagi berebut kursi dan posisi. Mau nambah kursi pimpinan lagi, apa tidak hebat.
Lima, mana ada kalah pemilu memegang kekuasaan dan bisa bagi-bagi kue, kalau tidak lembaga terhebat di dunia. Saling sandera dan tanpa kerja sekian lama lagi. Eh malah bisa menolak menteri untukd atang karena bukan orang partai politik.
Coba bandingkan, mana ada hebatnya KPK di depan mereka!
KPK recehan, nangkap tangan dengan uang Cuma 100 juta rupiah, pimpinan PD lho, kolega dewan juga, gak mungkin level mereka menerima Cuma segitu. Â Padahal level mereka biasanya kan M bahkan T untuk nilai suap kelas mereka. Artinya mereka ngaku kan.
KPK bikin gaduh, iya mereka hanya bikin gaduh, coba dewan dibiarkan ngantuk saja tanpa kerja, mau maling diamkan, mau ngambeg beri permen, pasti tidak gaduh. Iya maling baru ngincer sudah digebug mana tidak ngamuk. Padahal dulu pesta pora dengan perempuan dan uang itu biasa saja. Kan gak mutu KPK itu. Mengganggu kesenangan orang saja.
KPK sok tahu, mana pernah mereka tahu ada juz, aple malang, apel washington, uztad, kyai, pondok,mereka itu lebih pinter lho, eh malah dibuka oleh sikap sok tahu KPK. Susah-susah menciptakan dan mengreasikan istilah eh dipecundangi  KPK anak kemarin sore, cicak sok tahu yang menjengkelkan.
Hayo, siapa yang pilih bubarkan KPK?
Kemudian, siapa yang pilih bubarkan DPR?
Salam