Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tujuan Pendidikan Nasional, Ganti Menteri Ganti Kebijakan, dan Kualitas Pendidikan Kita

2 Juli 2017   09:49 Diperbarui: 2 Juli 2017   18:21 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan Pendidikan Nasional

Jelas para pendiri bangsa ini membuat tujuan pendidikan nasional itu dengan gamblang, mencerdaskan bangsa.Kondisi kala itu adalah darurat, jadi wajar apa yang dirumuskan masih sangat umum dan luas sekali. Pemerintah selanjutnyalah yang sepantasnya membuat tujuan itu berjenjang, terukur, dan pasti. Mencerdaskan dalam konteks waktu itu baik karena menyadari bangsa yang baru lahir itu masih belum bisa apa-apa. Sarjana saja masih bisa dihitung jari, cerdas artinya, mengenyam pendidikan bagi semakin banyak anak bangsa sudah sangat cukup. Pendidikan bukan hal yang jauh di awang-awang.

Orba, bebas buta huruf, tentu naif jika 30 tahun lebih hanya sekedar bebas buta huruf. Namun ada kejelasan apa yang mau dituju, parameter yang bisa diukur dengan jelas, kemudian nampak hasil yang sudah tercapai atau masih perlu pembenahan.  Tujuan umum pendidikan untuk memberikan kemampuan baca tulis bagi seluruh anak negeri.

Post Orba,era reformasi lebih hiruk pikuk dengan politik. Mau tidak mau pendidikan terabaikan. Apa yang dibicarakan pun berkaitan dengan politik dan popularitas. Anggaran 20% pun politis, sertifikasipun tidak beranjak jauh demi politik, pendidikan gratis hanya jargon, yang sebenarnya ironis, bagaimana pendidikan murah saja bisa gagal, apalagi gratis.

Sarjana melimpah, hampir tidak ada orang buta huruf. Penemuan demi penemuan bermunculan, bahkan anak-anakpun bisa bersaing dengan anak luar negeri yang melimpah fasilitas. Apakah secara umum pendidikan kita meningkat? Tidak

Penemuan itu pribadi,bukan buah pikir atau usaha lembaga pendidikan yang terencana, sepakat ada TOFI, toh itupun belum menjadi gaya hidup dunia pendidikan. Identik dengan sepakbola, mengandalkan bibit yang berasal dari bakat alam, padahal tidak mesti karena bakat semata. Itulah fungsinya pendidikan.

Penghargaan masih rendah,malah cibiran dan bisa-bisa hukum kurungan menanti. Kreatifitas belum mendapatkan tempat. Ranah rasa, seni, dan budaya yang lemah menjadi penyumbang sikap dan sifat iri dengki. Penghargaan tidak didapat, caci maki iya. Di dalam dunia kerja nanti demikian juga, ada orang pintar akan dibuang, dicurigai, disingkirkan, dikucilkan.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun