Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Baru dan yang Hilang Sekitar Lebaran

22 Juni 2017   19:40 Diperbarui: 23 Juni 2017   07:41 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang Baru dan Apa yang Hilang Sekitar Lebaran

Beberapa hal yang dulu menyelimuti kisaran Lebaran, kini mulai menghilang, bahkan sudah hilang. Namun ada pula yang mulai menguat, bahkan seperti gaya baru. Beberapa hal itu:

Hilang dari Kebiasaan Bangsa Ini

Berdesakan di Stasiun dan Berebut Kereta

Hal baru yang beberapa tahun ini bisa sangat teratur. Dulu, sangat ngeri berbicara mudik, pasti tersiksa di kereta. Masuk kereta lewat jendela merupakan hal biasa. Calo kereta juga bukan hal yang ramah berbicara Lebaran dengan mudik dan balik. Artinya, mau masuk stasiun sudah perjuangan, berebut dengan copet dan calo. Mau duduk di kereta api, jangan mimpi bisa datang sejam seperti sekarang ini. Perkembangan luar biasa baik untuk dunia perkeretaapian ini. Penjual asongan, baik di stasiun dan kereta sudah bersih. Penjualan tiket yang dilayani via internet, model jauh hari penjualan, dan tidak harus datang, sangat membantu dan menciptakan dunia baru perkeretaapian di Indonesia. Duduk nyaman, kereta berpendingin udara, dan tidak perlu berebut merupakan prestasi luar biasa.

Calo Tiket

Belum sepenuhnya steril untuk angkutan lain, khusus kereta jauh sekali perubahannya. Jelas sebagai konsekuensi logis atas pembenahan managemen perkeretaapian yang memang kelihatan jelas. Mengurangi dosa dan kuota penjara dengan  pembenahan pada akar masalah.

Petasan

Petasan mulai banyak berkurang. Hal ini jelas saja hal yang baik, karena malah menyia-nyiakan rezeki dengan membakar uang. Selain berbahaya karena bisa mencelakakan diri atau orang lain. Arah perkembangan positif seiring perkembangan  zaman. Hiburan sehat lebih bermanfaat.

Pengiriman Kartu Lebaran

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi suka atau tidak, mengilangkan budaya mengirimkan kartu Lebaran. Dengan aplikasi, sosmed, dan hape,itu semua tergantikan. Bagian sejarah termasuk perangko dan kantor pos kalau tidak dicermati dengan baik.

Apa yang hilang tersebut termasuk kebaikan dan juga kemajuan, namun ada yang lain datang dan itu juga bagian logis atas kemajuan zaman. Gejala baru yang hadir.

Macet di Mana-Mana, Termasuk Kampung

Kemakmuran telah meningkat dengan pesat, tidak heran kalau kesejahteraan mau dipertontonkan, maka salah satunya adalah mobil pribadi. Jejeran kendaraan  membuat jalanan macet. Bagaimana tidak karena semua dengan mobil sendiri, angkutan umum menjadi sepi dan kalah oleh keberadaan mobil pribadi terjangkau. Macet menjadi bagian utuh Lebaran dari kota hingga pelosok desa (Jawa sentris sih).

Mudik Motor

Beberapa tahun lalu, naik bis mahal, mobil ppribadi belum begitu murah, maka  alternatif murah meriah, soal aman beda konsep menjadi andalan. Akhirnya ramai-ramai mudik bermotor. Memang sangat murah dan praktis karena keadaan yang mendesak. Akibat dari itu lahirlah solusi yang menjadi bak jamur.

Mudik Bareng

Dulu, mudik bareng hanya beberapa perusahaan yang mengadakan, perusahaan jamu, tapi sekarang, BUMN, parpol, dan hampir semua kelompok dan organisasi mengadakan kegiatan mudik bareng ini.  Hal yang menggerakan gerakan berbagi yang  positif. Ada saling membantu dan meringankan beban.

THR

Entah mengapa heboh THR menjadi-jadi, apa karena PNS pun mendapat, sehingga menjadi kehebohan sendiri soal ini. Ditambah dengan media sosial yang memang menjadi sarana bercanda yang tak terbatas.

Hilang berganti, ada yang datang merupakan hal yang sangat wajar. Namanya dunia tidak ada yang abadi. Perkembangan dan pertumbuhan sangat normal. Silih berganti hadir dan pergi.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun