Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dukungan untuk Ahok atau Sebentuk Intervensi dengan Bahasa Lain?

22 Mei 2017   19:50 Diperbarui: 22 Mei 2017   20:01 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedelapan, jangan sampai model pengerahan massa apapun bentuknya menjadi model penegakan hukum di Indonesia. Proses hukum biar berjalan apa adanya. Semua dicatat oleh sejarah apa-apa yang memang demikian adanya, apa yang dilakukan dengan tidak semestinya, dan apa yang harus dipelajari untuk diperbaiki.

Pemaksaan kehendak dan pengerahan massa seolah menjadi cara efektif karena telah dipelajari selama ini efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yang gemilang. Sejak kecil model ini telah dipelajari, salah satunya yang dinammai tantrum,nangis berguling yang efektif bagi orang tua yang tidak mengerti.

Tidak ada yang salah dengan pengerahan massa, sepanjang bukan untuk mengadakan intervensi namun memberikan dukungan moral dan kekuatan, namun apakah demikian adanya? Apalagi di budaya kita yang masih kuat asal bukan kelompokku salah dan kelompokku benar. Akan ada perselisihan dan ketegangan terus menerus. Susah untuk dicari titik temunya. Kedewasaan melihat perbedaan yang masih belum tumbuh sebagai hal yang wajar.

Kesetiaan pada proses. Susah memang ketika tabiat instan telah melingkupi pola pikir, semua harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini menggejala dalam segala hal. Kebenaran itu perlu waktu dan proses, bukan potong kompas. Hal ini yang perlu dibudayakan, sehingga pemaksaan kehendak tidak menjadi gaya hidup berbangsa dan bernegara.

Pendidikan di sekolah sangat menentukan seperti generasi bangsa dibentuk. Salah satunya adalah pola pikir seragam yang telah mengakar kuat, jangan heran hasilnya seperti ini. Eksplorasi diri dan melihat perbedaan sangat minim, bahkan nihil.

Pendidikan di rumah masih sangat tradisional dan warisan. Model pendidikan yang diterima dari orang tua yang masih dipakai. Contoh, orang tua kelahiran 50-an dengan anak kelahiran 70-an menakut-nakuti anak untuk mau diberitahu, awas ada setan, ad guru, ada bapak, atau ada polisi. Eh ternyata oleh anak era 70-an ini masih diterapkan untuk anaknya yang lahir tahun 2000-an. Ini fakta, dan ternjadi. Ibu yang lulusan sarjana pun masih memiliki pla asuh yang sangat tradisional untuk membuat anak mau mendengarkannya.

Penegakan hukum agar benar-benar dilakukan, sehingga bukan karena besarnya kekuatan massa sebagai kebenaran. Kebenaran itu pasti akan terjadi, dan itu perlu waktu, proses, dan kesetiaan untuk menantikannya.

Jayalah Indonesia

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun