Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jenderal Tito, Sosok di Balik Jokowi Mengenai Harga, Model Orba yang Efektif

7 Mei 2017   08:29 Diperbarui: 7 Mei 2017   09:53 3216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ironisnya adalah di sini, pengusaha yang berprofesi ganda menjadi juga pejabat dan anggota dewan yang bisa membuat aturan perundang-undangan yang sangat menguntungkan kepentingan mereka dan tidak peduli akan keberadaan masyarakat. Tidak ada  yang salah pengusaha menjadi pejabat sepanjang mereka memegang asas dan juga etik di bidang yang ia geluti dengan benar. Bagaimana bisa ketika usaha pun tipu sana tipu sini, apalagi memiliki kekuasaan dan kesempatan lebih luas.

Pendidikan dan agama

Semata ritual dan menghapal, menjadikan bangsa ini miskin moral, miskin tatanan kebersamaan. Keteladanan dari pusat hingga terkecil juga demikian. pendidikan menghasilkan pribadi penghapal, jadi asal sesuai  prosedur sudah, soal benar atau salah bukan pertimbangan, di sinilah moral, etika, dan nurani terlibat. Agama semata seremoni dan label, bukan menjadi gaya hidup, jalan kehidupan yang menuntun kepada kebenaran. Bagaimana tidak heran semua beragama namun maling dan menindas malah menjadi gaya hidup, dan tidak merasa bersalah atau berdosa bahkan.

Apakah mau begini terus?

Bangsa ini tidak kurang orang baik dan pintar, Cuma abai akan nilai moral dan mental yang baik. Gagasan revolusi mental masih mentok dan belum banyak berubah karena barisan sakit hati yang tidak mau beranjak. Tidak bisa menolak mereka merusak dan memboikot. Jika memiliki kesadaran ini untuk bangsa dan negara, bisa sejenak melupakan sosok pemimpinnya, namun buahnya. Sayang jika pemimpinnya saja yang dilihat buruk dan nilai di baliknya tidak dilihat. Jangan heran jika akan selalu terpuruk.

Para pejabat, bersinergilah dan menjalin kerjasama bukan semata kerja bersama-sama. Hal ini jarang terlihat, selain seremoni kebersamaan, cipika-cipiki, berpelukan, namun di belakang saling tusuk, saling jegal, dan buyar semuanya. Susah di bawah, akar rumput bisa bekerja sama jika teladannya, perilakunya bertolakbelakang.

Potensi itu ada, melimpah, dan tidak sedikit yang mumpuni, namun belum terolah dengan baik karena masih kuatnya pola lama yang masih maruk, memikirkan kepentingan sendiri, dan hanya berkutat dengan maling dan maling. Orang baik malah tersingkir dan menjadi noda di antara keburukan itu.

Jayalah Indonesia

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun