Ironisnya adalah di sini, pengusaha yang berprofesi ganda menjadi juga pejabat dan anggota dewan yang bisa membuat aturan perundang-undangan yang sangat menguntungkan kepentingan mereka dan tidak peduli akan keberadaan masyarakat. Tidak ada  yang salah pengusaha menjadi pejabat sepanjang mereka memegang asas dan juga etik di bidang yang ia geluti dengan benar. Bagaimana bisa ketika usaha pun tipu sana tipu sini, apalagi memiliki kekuasaan dan kesempatan lebih luas.
Pendidikan dan agama
Semata ritual dan menghapal, menjadikan bangsa ini miskin moral, miskin tatanan kebersamaan. Keteladanan dari pusat hingga terkecil juga demikian. pendidikan menghasilkan pribadi penghapal, jadi asal sesuai  prosedur sudah, soal benar atau salah bukan pertimbangan, di sinilah moral, etika, dan nurani terlibat. Agama semata seremoni dan label, bukan menjadi gaya hidup, jalan kehidupan yang menuntun kepada kebenaran. Bagaimana tidak heran semua beragama namun maling dan menindas malah menjadi gaya hidup, dan tidak merasa bersalah atau berdosa bahkan.
Apakah mau begini terus?
Bangsa ini tidak kurang orang baik dan pintar, Cuma abai akan nilai moral dan mental yang baik. Gagasan revolusi mental masih mentok dan belum banyak berubah karena barisan sakit hati yang tidak mau beranjak. Tidak bisa menolak mereka merusak dan memboikot. Jika memiliki kesadaran ini untuk bangsa dan negara, bisa sejenak melupakan sosok pemimpinnya, namun buahnya. Sayang jika pemimpinnya saja yang dilihat buruk dan nilai di baliknya tidak dilihat. Jangan heran jika akan selalu terpuruk.
Para pejabat, bersinergilah dan menjalin kerjasama bukan semata kerja bersama-sama. Hal ini jarang terlihat, selain seremoni kebersamaan, cipika-cipiki, berpelukan, namun di belakang saling tusuk, saling jegal, dan buyar semuanya. Susah di bawah, akar rumput bisa bekerja sama jika teladannya, perilakunya bertolakbelakang.
Potensi itu ada, melimpah, dan tidak sedikit yang mumpuni, namun belum terolah dengan baik karena masih kuatnya pola lama yang masih maruk, memikirkan kepentingan sendiri, dan hanya berkutat dengan maling dan maling. Orang baik malah tersingkir dan menjadi noda di antara keburukan itu.
Jayalah Indonesia
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H