Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alangkah Lucunya DPR-RI, Jumpalitan Hak Angket KPK

3 Mei 2017   18:16 Diperbarui: 3 Mei 2017   18:22 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi luar biasa di bangsa ini, ada ketum berbeda dengan anak buahnya, dan bisa melenggang. Kader dipecat pun masih bisa duduk menjadi pimpinan, dan bisa berseberang jalan dengan sangat santai dan seolah lebih berkuasa dari ketum partai. Perpedaan di dalam alam demokrasi itu sangat hakiki, namun tentu ada azas yang harus ditaati bersama. Jika sudah berbeda dengan garis partai, ya berarti keluar, bukan sebaliknya. Hanya ada di Indonesia kebebasannya sangat luar bisa, bahkan tanpa aturan. Berbeda dengan ideologi hidup berbangsa pun masih bisa merasa seolah pendiri bangsa ini kog.

Perlindungan kepentingan bukan soal martabat bangsa dan negara

Apa yang menjadi perlindungan, perjuangan, dan idealisme mereka semata kepentingan diri dan kelompoknya. Mau negara maju atau hancur, mana menjadi pertimbangan mereka.  Materi dan kekayaan menjadi yang mahakuasa, bukan soal kesejahteraan yang mereka wakili. Martabat bangsa yang menjadi tertawaan dunia pun bukan menjadi pertimbangan mereka.

Cepatnya reaksi jika menyangkut diri mereka, kalau untuk rakyat?

Kapan mereka berbicara demi rakyat? UU dan peraturan pun alot kalau mereka tidak mendapatkan apa-apa. mau maling atau rampok sekalipun kalau menguntungkan mereka, mereka dukung dengan suka cita. Rakyat mati kelaparan, harga encekik leher, mana mereka tahu, karena di antara mereka ada yang terlibat di dalamnya kog.

Apakah terus-terusan akan seperti ini keadaan dewan bangsa ini?

Hanya menjadi candaan dan tulisan olok-olok di media sosial karena toh kedudukan mereka sangat kuat. Jangan heran kalau banyak lelucon dan candaan untuk membubarkan mereka. Bangga tugas mengawasi toh nyatanya mereka malah yang maling sendiri. Pengawasnya saja maling, mana bisa beranjak maju negara ini.

Maling bukan karena miskin, namun karena rakus, tamak, dan tidak pernah puas. Masih bisa dimaklumi maling karena kekurangan makan dan perlu uang untuk beli nasi atau susu untuk anak, tapi ini untuk kemewahan, main perempuan, menumpuk harta, mobil mewah, tanah di mana-mana, kinerja nol besar. Maling ayam dan sandal saja dikeroyok massa, eh mereka malah tertawa-tawa kalau tertangkap tangan, berdalih sebagai apes, atau sejenisnya.

Ini soal sikap mental bukan karena pengawasan. Mental maling yang dipelihara dan dipupuk dengan kolaborasi tamak dan rakus, klop sudah. Eh begitu masih dibela mati-matian. Usai dihukum diterima di parpol lain baik pahlawan. Karena sudah diberi bagian hasil malingan.

Jayalah Indonesia

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun