Kisah zaman kerajaan jelas okol dan akal yang dikedepankan untuk merebut kekuasaan. Lucu dan ironis jika pengalaman masa lalu dipakai dan diterapkan dengan mddel yang sama. Kelompok, pribadi, parpol yang kerja keras dikadalin untuk kemenangan pihak lain yang bisa mempermainkan keadaan. Okol dengan perang dan perebutan kekuasaan, akal, bagaimana bukan darah bisa mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kedudukan itu, eh malah kini bukan akal namun akal-akalan, dan masih kembali okol yang dikedepankan. Jika demokrasi berjalan sebagaimana mestinya, balas dendam tidak akan ada, karena pergantian kekuasaan adalah hal yag biasa, wajar, dan natural. Suksesi berjalan dengan baik, riak itu masih normal, namun jika yang datang adalah badai artinya bukan normal malah berbahaya.
“Pengambil Keuntungan” Politik
Di antara balas dendam politik, ada pencari keuntungan di mana “penelikung” yang mengambil keuntungan di antaranya. Jika politik sudah berjalan dengan baik, normal, dan natural, kekalahan itu tidak akan sekasar jika demokrasi akal-akalan. Kalahnya sudah bisa diprediksikan dan diukur karena apa. Pemenangnya pun sudah jelas karena apa dan mengapa.
Buni Yani dan Kebo Ijo
Peradilan Buni Yani masih berlangsung. Ia mendapatkan status tersangka dan diadili karena perilakunya, di sisi lain ada yang mendapatkan keuntungan. Selama ini ia sendirian, harapannya adalah apa yang ia hadapi atau ia peroleh bukan setragis Kebo Ijo, yang jelas sekarang, ia sendiri, tidak mendapatkan apa-apa selain tersangka.
Apakah kita akan meneruskan politik ala Ken Arok terus menerus?
Jayalah Indonesia
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H