Beberapa pemikirannya dituangkan dalam surat dan kata-kata mutiara. Ia juga memiliki sebuah rumah yang bisa juga dinamakan pesanggrahan di mana Dar Oes Salam. Pemikiran yang layak direnungkan ialah diantaranya:
Kanthong bolong
Kanthong Bolongatau kantong atau saku yang berlubang. Di mana apa yang dimiliki, diperoleh, dan disimpan itu tidak ada karena penyimpannya, yaitu kanthong-nya berlobang. Apapun tidak ada yang tersimpan karena kemudian disalurkan kembali kepada sesama. Bahasa saya pribadi adalah manusia hanya saluran atau talang rahmat dari Sang Kuasa kepada sesama.
Sugih tanpa bandha
Berkaitan dengan kanthong bolong,berarti orang tidak erlu kaya untuk bisa berbuat banyak. Kaya dalam arti sangat luas, bisa kesehatan, hati, jiwa, bukan semata harta. Apa bisa? Memang zaman hedonis seperti ini seolah susah, namun tidak demikian. konon beliau di Eropa waktu itu mendapatkan gaji $1250, bisa dibayangkan betapa kaya rayanya, namun tidak dipakai untuk diri sendiri, bahkan sering sehari hanya makan cabe dua biji atau satu pisang saja.
Digdaya tanpa aji
Kesaktian tanpa jimat atau kekuatan. Apa yang beliau ajarkan (dengan keteladanan bukan kata-kata ajaran saja), kekuatan itu ada di dalam relasinya dengan Tuhan saja. Mengandalkan Tuhan bukan kemampuan sendiri.
Nglurug tanpa bala
Kekuatannya adalah pada diri sendiri bersama Tuhan. Hal ini sangat kontekstual berkaitan dengan kebanyakan orang yang mengandalkan kolektivitas bukan kemampuan individual. Bukan dalam arti egois, namun dalam arti bahwa kekuatan diri itu mampu mengatasi banyak hal sepanjang bersama Tuhan.
Menang tanpa ngasorake
Menang tanpa merendahkan, kembali cara pikir kontekstual di mana selama ini kita diajarkan pengalaman berdemokrasi yang sellau mengalahkan dengan mempermalukan. Ketika mampu mempermalukan orang lain atau pihak lain sebagai kebanggaan. Padahal kalau model pikir demikian membuat adanya sakit hati dan permusuhan.