Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RMP Sosrokartono, Sisi Lain RA. Kartini

20 April 2017   21:15 Diperbarui: 21 April 2017   07:00 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa pemikirannya dituangkan dalam surat dan kata-kata mutiara. Ia juga memiliki sebuah rumah yang bisa juga dinamakan pesanggrahan di mana Dar Oes Salam. Pemikiran yang layak direnungkan ialah diantaranya:

Kanthong bolong

Kanthong Bolongatau kantong atau saku yang berlubang. Di mana apa yang dimiliki, diperoleh, dan disimpan itu tidak ada karena penyimpannya, yaitu kanthong-nya berlobang. Apapun tidak ada yang tersimpan karena kemudian disalurkan kembali kepada sesama. Bahasa saya pribadi adalah manusia hanya saluran atau talang rahmat dari Sang Kuasa kepada sesama.

Sugih tanpa bandha

Berkaitan dengan kanthong bolong,berarti orang tidak erlu kaya untuk bisa berbuat banyak. Kaya dalam arti sangat luas, bisa kesehatan, hati, jiwa, bukan semata harta. Apa bisa? Memang zaman hedonis seperti ini seolah susah, namun tidak demikian. konon beliau di Eropa waktu itu mendapatkan gaji $1250, bisa dibayangkan betapa kaya rayanya, namun tidak dipakai untuk diri sendiri, bahkan sering sehari hanya makan cabe dua biji atau satu pisang saja.

Digdaya tanpa aji

Kesaktian tanpa jimat atau kekuatan. Apa yang beliau ajarkan (dengan keteladanan bukan kata-kata ajaran saja), kekuatan itu ada di dalam relasinya dengan Tuhan saja. Mengandalkan Tuhan bukan kemampuan sendiri.

Nglurug tanpa bala

Kekuatannya adalah pada diri sendiri bersama Tuhan. Hal ini sangat kontekstual berkaitan dengan kebanyakan orang yang mengandalkan kolektivitas bukan kemampuan individual. Bukan dalam arti egois, namun dalam arti bahwa kekuatan diri itu mampu mengatasi banyak hal sepanjang bersama Tuhan.

Menang tanpa ngasorake

Menang tanpa merendahkan, kembali cara pikir kontekstual di mana selama ini kita diajarkan pengalaman berdemokrasi yang sellau mengalahkan dengan mempermalukan. Ketika mampu mempermalukan orang lain atau pihak lain sebagai kebanggaan. Padahal kalau model pikir demikian membuat adanya sakit hati dan permusuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun