Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hak Angket DPR, Kinerja Kilat ala Dewan

19 April 2017   07:57 Diperbarui: 19 April 2017   08:32 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa KPK terus, lihat MA dan peradilan yang selalu kacau dan kacau, masih juga didiamkan, atau karena membantu mereka berkelit, sedang KPK membantu mereka terlilit? Jika demikian, ya sudah bahasa Amien Rais bisa dipakai, Jika dewan begitu terus, akan ada pergerakan.....

Penguatan dewan sangat penting, namun kualitas anggotanya masih juga berkutat dengan maling dan maling, mau apa lagi? Kualitas pemilu sangat mendesak dilakukan.

Kehancuran bukan karena banyaknya orang jahat, namun orang baik, diam saja karena tersingkir, takut, atau memang secara sistemik dibuang. Hal ini yang terjadi. Tidak heran pejabat negeri ini didominasi bandit-bandit demokrasi yang menggarong demi diri sendiri dan kelompok, soal rakyat, peduli amat.

Revisi UU pemilu bukan soal ambang batas saja, namun juga kualitas calon legoislator yang lebih baik. Ini bukan soal kualifikasi ijazah saja karena toh banyak yang beli, namun rekam jejak moral. Bagaimana maling yang dibui keluar masih petentang-petenteng jadi calon lagi dan menang lagi karena uang dan intimidasi.

Ciptakan pemilu murah, bukan mahal, sehingga pencoleng beruang yang mahakaya bisa menggunakan uangnya untuk membeli pemilih. Orang baik, cerdas, moral baik tersisih karena uangnya terbatas. Hal ini sangat mendesak.

Minimal, dalam waktu dekat, kepemipinan dewan yang kuat, bersih, dan mampu. Lihat saja pimpinan dewan seperti itu, banyak kontroversi daripada prestasi. Frebutan kursi saja tanpa isi.

Benahi parpol dengan penyederhanaan parpol, multi partai bukan membantu malah menolong maling lompat pagar. Dipecat partai A malah diterima dengan pelukan di partai B, padahal rampok, bukan soal beda ideologi.

Hampir tiga tahun mana kinerja fenomenal mereka yang langsung dirasakan rakyat? Ini realistis bukan pesimis. Mereka lebih banyak menghamburkan uang daripada mengamankan uang yang seharusnya untuk pembangunan.

Wakil rakyat hanya mewakili sejahteranya, mewakili mudahnya menggoda pejabat dengan kuasa mereka, mana mau mereka mendengar suara rakyat yang seharusnya adalah juragan mereka.

Jayalah Indonesia

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun