Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah 2017, Pelopor Peradaban Kasih, dan Penggembokan Kapel

18 April 2017   10:44 Diperbarui: 20 April 2017   14:49 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketiga, setan dan kuasa kegelapan mengambi rupa siapa saja. Jadi jangan kaget kalau ada orang baik tiba-tiba jadi beringas dan berbuat tidak semestinya, kuasa jahat menguasai dirinya. Sepintar apapun bisa terkecoh jika tidak waspada.

Keempat, peradaban kasih lebih baik dimulai dari diri sendiri baru keluar, pemaksaan kehendak jelas bukan peradaban kasih. Contoh umat yang mau membela kapelnya tadi contoh bagaimana ia menjawab pemaksaan kehendak dengan pemaksaan kehendak yang sama.

Kelima, komunikasi adalah peradaban kasih, bukan senggol bacok yang merupakan tindakan biadab dan belum beradab. Bagaimana orang modern masih teriak, memaki, dan meneror yang berbeda, bahkan yang sama?

Keenam, bahasa kasih adalah damai, suka cita, sabar, rendah hati, dan tentu mengampuni. Bagaimana jika sebaliknya yang ada? Itu bukan bahasa kasih, diam bukan berarti takut dan salah, namun menjaga kerukunan, menjaga perdamaian, dan memaklumi.

Ketujuh, berani menyatakan kebenaran sebagai kebenaran. Bisa saja menentang arus utama. Tekanan publik bukan penentu kebenaran, namun kebenaran universal yang tidak dibengkokan kepentingan semata.

Kedelapan, berani karena benar bukan karena yang bayar apalagi karena temannya banyak. Hal ini telah memporakporandakan hidup bersama kita karena kebenaran bisa ditafsir dengan seenaknya sendiri sepanjang bisa mempengaruhi dan membentuk opini publik.

Kisah di atas hanya karena ketepatan dengan waktu, tempat, dan peristiwa, namun lebih dalam, sejatinya agama apapun itu tentu sepaham dengan kajian untuk hidup bersama dalam bingkai damai. Semua saudara paling tidak satu Pencipta.

Jayalah Indonesia

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun