Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

[HumPol] Panji Membuat Anies Jadi Komika

17 April 2017   20:14 Diperbarui: 17 April 2017   21:11 1872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[HumPol] Panji Membuat Anies jadi Komika

Lama gak buat humor politik, kali ini tergelitik oleh kelucuan Pak Anies yang sering menjawab atau menanggapi sesuatu kasus yang menyangkut beliau atau rekannya dalam pilkada kali ini. Beberapa kasus yang coba diselesaikan baik KPK atau kepolisian beliau nyatakan hanya lucu-lucuan, juga soal hasil survey beliau anggap lucu-lucuan. Atau beliau menjadi humoris, menilai segala sesuatu lucu, dan bagus untuk kesehatan, kata humor di koran zaman dulu katanya TAWA ITU SEHAT, jadi Pak Anies mengajak kita semua sehat karena banyak tertawa dan menilai segala sesuatu itu lucu. 

Kelihatannya Pak Anies tertular virus tertawa dari komika Panji yang memang suka mengocok perut di acara yang ia bawakan. Pilkada nanti jadi sehat karena banyak tawa yang ada. Waktu Pak Anies ada yang melaporkan ke KPK, beliau menanggapi ah itu lucu-lucuan. Hal yang baru, biasanya kan tidak mungkin, lupa, atau sumpah ini dan itu. Ini jawaban gaya baru yang bisa menginspirasi yang diperiksa KPK agar tidak stres dan malah nanti menggampar wartawan. Atau pas wakilnya Pak Sandi dilaporkan soal masa lalunya, jawaban dan tanggapan yang sama, itu lucu-lucuan pilkada saja. Luar biasa lahir kondisi baru yang biasanya tegang menjadi lucu dan menjadi cair. Kembali, kemarin, usai salah satu lembaga survei merilis hasil yang bertolak belakang dengan survei yang sudah banyak mengunggulkan beliau, kembali lucu-lucuan nungul sebagai jawaban. 

Survey pun bisa menjadi bahan lucu-lucuan di tangan Pak Anies. Menarik adalah beliau seorang akademisi, dosen, dan bahkan mendiknas mosok menjawab seperti itu. Menghadapi kepolisian atau KPK kan lebih elegan, smart, dan lebih bijak dengan kata atau kalimat lain. Bisa dipilih ungkapan kita ikuti proses hukum, siapa yang benar dan salah biar pengadilan yang membuktikan. Atau bisa juga kita hargai proses hukum yang ada. Jika demikian jelas lebih menunjukkan pribadi yang taat azas, taat hukum, dan bukan menyepelekan hal yang sebenarnya sangat serius. 

Menghadapi hasil survey yang tidak menyenangkan, sebagai pribadi dewasa bisa mengatakan, bisa saja demikian, kan sampel yang diambil bisa saja berbeda, atau itu kan hari ini, beda nanti, jawaban berbobot dan berkelas atas apa yang pernah digeluti. Coba jika apa-apa hanya dianggap lucu-lucuan jangan-jangan nyalon ini pun lucu-lucuan, jika iya, wah bisa berabe ini, bagaimana tidak, sudah berpeluh, banyak energi yang hilang, eh malah ada yang hanya lucu-lucuan. 

Benar gak kalau lucu bukannya serius? Hal ini bisa dilihat dari ide-idenya yang tidak kalah lucu, satu, menghidupkan mayat lagi, bagaimana tidak dulu ormas yang sudah sekarat mau diberi suntikan vitamin dengan anggaran daerah, artinya, bisa seger lagi dan demo apapun demi ormasnya. Dua, antitesis program Ahok Djarot, hanya diberi tambahan plus, atau merangkul dewan yang kemarin sering bersitegang, tidak menggusur, mau beri dana ini dan itu, padahal sudah ada juga, mana tidak lucu. Tiga, idenya mudah dipatahkan kemudian ngeles ke mana-mana. Empat, kalau survey hasil dinilai menguntungkan tidak dinilai lucu-lucuan. Apa yang disampaikan Pak Anies selama ini kog seolah tidak pas buat profil beliau. Kasus yang menimpa lawan malah seolah sangat benar dan dikompor-kompori, beda dengan kasus yang akan dihadapi baik sendiri atau rekannya dinilai sebagai lucu-lucuan. Mengapa tidak dinilai dengan nada yang sama? Demikian juga hasil survei. Bagaimana yang menguntungkan dinilai baik dan valid, jika sebaliknya dinilai lucu-lucuan. 

Bisa berbahaya jika demikian. Apa yang bisa dipelajari? Satu, siap menang saja, tidak siap kalah, maka kalau surveynya beda hasil dianggap benar sepanjang sesuai kepentingan jika tidak dianggap salah dan lucu. Hal ini bisa membuat pendukung nanti seperti pilpres lalu, bisa berbahaya. Dua, tidak serius dalam menyikapi dinamika politik, jawaban yang terkesan ala kadarnya. Artinya memang lucu-lucuan saja apa yang dilakukan. Ini sangat serius lho, eh malah dinilai lucu. 

Hal yang beat dibawa ringan bisa namun tetap serius bukan malah lelucon. Tiga, jangan-jangan dulu jadi menteri juga hanya lucu-lucuan jadi Pak Jokowi yang suka kerja jadi jengkel. Akhirnya ya lucu-lucuan saja, Empat, mau apapun asal memilih boleh, pns kinerja buruk jangan dipecat asal milih, mau menggunakan bantaran sungai tidak masalah asal milih, mau maling juga boleh asal mendukung. Lucu-lucuan saja kalau begitu. Lima, kursi satu-satunya tujuan, dapat kursi lupa mau apa. Menggunakan segala cara yang penting jadi gubernur. 

Jabatan bukan tanggung jawab yang dilihat. Demokrasi akal-akalan, demokrasi lucu-lucuan yang sedang dibangun Pak Anies ini bisa membuat keadaan kembali seperti semula, asal memilih boleh. Mau kerja asal-asalan juga tidak soal asal milih. Ini sih bukan demokrasi akal-akalan lagi, tapi demokrasi lucu-lucuan di mana yang penting kursi soal prestasi nanti dulu.

Edisi lucu-lucuan. 

Jayalah Indonesia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun