Sudah ada panitia, ada peradilan yang berjenjang, ada juga polisi yang siap mengawal ini semua. Jika mau menjalin tali silaturahmi, tentu ada mekanisme yang tidak perlu melibatkan pesta rakyat ini. jika memang tidak ada agenda khusus mengapa tidak ada selama ini, paling tidak sudah ada pilkada serentak sekali, pilpres, pileg, mengapa hanya Jakarta?
Tentu tidak baik jika memiliki pemikiran tendensius dan menilai ada agenda non politik di dalamnya, harapannya bukan, namun jika buat apa mengatakan demokratis namun sebaliknya? Â Bahaya yang potensial terjadi adalah intimidasi pada panitia, pelaksana, dan bukan tidak mungkin pemilih pun dipaksa untuk memilih yang belum tentu sesuai dengan pilihannya sendiri. Apa bedanya dengan masa lalu yang pemilu sudah diketahui persentasenya sedang pemilu belum juga terjadi.
Salah satu ciri demokrasi adalah kepercayaan. Bagaimana mengatakann diri demokratis kala tidak bisa percaya pada panitia pelaksana, dan merasa akan ada kecurangan maka menyiapkan antisipasi yang sayangnya bisa saja malah tidak demokratis. Padahal demokratis juga taat azas dan hukum. Pemaksaan kehendak jelas bukan demokratis. Apalagi jika melanggar hukum atau mengedepankan hukum tafsiran sendiri.
Perhatian adalah, kehati-hatian di dalam mengordinasikan, mengatur, dan menjalankan tamasya ini dengan baik. Ide baik, gagasan baik, jika dilakukan dengan baik tentu hasil baik akan bisa diperoleh. Antisipasi ada yang mengail di air keruh itu menjadi penting dan perhatian bersama. Agar tidak menambah masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah.
Jayalah Indonesia
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H