Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta itu...

12 April 2017   11:39 Diperbarui: 12 April 2017   11:43 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Cinta itu adalah....

Ini bukan semata cinta dalam arti sempit, sepasang kekasih, namun secara umum, universal, bisa pemimpin kepada bawahan atau sebaliknya, orang tua kepada anak, guru kepada murid, tidak ketinggalan adalah pasangan. Orang Yunani memiliki kajian soal cinta  atau kasih dalam beberapa lingkup yang berbedapertama storageuntuk orang tua ke anak dan sebalikny, kedua, eroskasih asmara antara laki-laki dan perempuan yang bernuansa birahi, ketiga philia,kasih sayang sejati yang biasa terjadi antarsahabat, keempat agape,kasih tanpa perhitungan apapun, dan tanpa peduli orang seperti apa yang dikasihi atau cintai.

Memang susah untuk menuju ke cinta atau kasih agape,namun paling tidak bisa berusaha dan menuju ke sana. Ini bukan soal sepasang kekasih semata.

Cinta itu, memberi bukan meminta

Hakikat cinta itu memberi sebagaimana matahari memberikan sinarnya, tanpa memilih lagi. Mau baik mau jahat semua mendapatkan yang sama. Hal ini lah yang dicoba untuk bisa dilakukan, tidak terbatas kepada siapa dan mengapa. Apakah itu mudah? Tentu tidak, tetapi bisa diupayakan. Tanpa menuntut balasan dan meminta imbalan sama sekali.

Cinta itu memerdekakan bukan memenjarakan

Cinta itu memerdekakan bukan mengekang, bukan dalam arti jika ada penjahat tidak perlu dihukum, tidak demikian, hukuman dan penjara adalah sarana mendidik. Pengampunan bukan berarti bahwa mereka tidak perlu menjalani konsekuensi logis atas perbuatan. Memerdekakan dalam arti memberikan kebebasan dan memiliki privasi, semua saja demikian.

Cinta itu membahagiakan bukan menakutkan

Jika cinta kog membuat takut, cemas, atau malah selalu tegang perlu lagi dilihat apa benar sudah mencintai? Atau malah obsesif sehingga malah membuat takut, cemas, dan tidak bahagia. Siapapun yang mengatakan cinta selayaknya bisa memberikan kebahagiaan bukan malah ketakutan dan kecemasan.

Cinta itu mengulurkan bukan memuntut

Ibu yang melihat anaknya jatuh tentu mengulurkan tangannya untuk membantu. Hakikat cinta itu mengulurkan tangan, bisa berupa bantuan, perhatian, dan sejenisnya. Jika masih ada tuntutan terus minta ini itu, menuntut untuk berubah, menuntut begini dan begitu, benarkah ini cinta? Atau mau mengubah yang dicintai sesuai dengan keinginannya? Hati-hati bagi orang tua, pasangan, atau juga guru, dan pemimpin yang memiliki model demikian.

Cinta itu menghidupkan bukan mematikan

Salah satu hakikat cinta adalah kehidupan. Bagaimana mungkin mengatakan cinta di dalam alam kematian? Tidak sesempit soal mati namun bagaimana cinta itu memberikan semangat, harapan, gairah, dan keinginan bertumbuh. Mem-bully,mengatakan hal-hal yang buruk, mencerca, termasuk budaya kematian, tidak ketinggalan adalah kekerasan baik fisik ataupun kata-kata.

Cinta itu memercayai bukan mencurigai

Hal ini paling sering terjadi, memberikan kepercayaan, pasangan atau orang tua yang memeriksa medsos, hape,kegiatan harus lapor seperti tahanan saja. Boleh bertanya, mengawasi, menjaga, namun bukan malah membuat hidup kita habis waktu hanya untuk ngulikaktivitas anak atau pasangan. Waktu itu berharga, manfaatkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Mencurigai orang yang dikasihi itu bukan kasih atau cinta, namun paranoid. Bedakan waspada dengan curiga. Sangat berbeda.

Cinta itu menolong bukan menjatuhkan

Mau berbagi dan menolong bukan malah menjatuhkan dengan berbagai cara. Salah satu yang biasanya terjadi adalah mengatakan kebenaran namun tanpa melihat realitas. Contoh, anak yang gagal dalam ujian bukan dibentak, dikatakan salah sendiri selama ini ngegame terus, atau malah main dari pada belajar, itu fakta dan benar, namu caranya. Atau pasangan yang kena pecat, eh malah bukan didukung malah mengatakan memang kamu layak dipecat karena perbuatanmu, mana ada kasih dan cinta di sana coba? Atasan juga bisa melakukan dengan keji karena anak buahnya telat terus, mau masuk lebih cepat atau pecat besok?  Cinta itu menolong bukan menjatuhkan lebih dalam.

Cinta itu membangun bukan menyerakkan

Membangun pribadi lebih baik bukan malah membuat makin buruk keadaan. Ada anak atau pasangan yang jatuh di dalam keterpurukan, bagaimana membantu untuk kembali eksis, bukan malah menambah beban dengan berbagai tuduhan, hujatan, atau makian.

Cinta itu indah bukan gundah

Cinta, apapun itu adalah indah, bukan malah gundah. Bagaimana memaknai cinta jika hanya ada gundah dan gulana saja di sekeliling. Coba bayangkan jika rumah adalah bak halte tidak pernah ada perjumpaan, dialog, candaan, dan hanya caci maki, saling silang tidak pernah ketemu? Cinta itu membawa warna, bukan tanpa keributan, namun masalah bisa diselesaikan dengan baik. Masalah diurai bukan disembunyikan.

Cinta itu menyembuhkan bukan menyakiti

Jika cinta kog hanya memaksa, menyakiti, menuntut, dan melarang ini itu, itu bukan cinta, itu menakiti, cinta itu menyembuhkan, memberikan kesembuhan bagi yang terluka, memberikan penghiburan bagi yang bersedih, dan mendukung di kala jatuh terpuruk. Kesembuhan seperti ibu yang datang kala anaknya kehausan dan memberikan susunya, atau orang tua yang mengusap dan meniup luka anaknya, tanpa takut ia ketularan atau menjadi sakit karenanya.

Itu semua adalah ideal, namun bukan berati kita tidak bisa meraihnya, usaha ke sana dan menuju ke sanalah tugas hidup kita di dunia ini. Harapannya adalah bisa melakukan semua itu tanpa pamrih dan makin mendekati yang ideal, manusiawi bukan pembenar untuk melakukan kelemahan.

Jayalah Indonesia

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun