Politik menjadi panglima dalam segala bidang, padahal pimpinan masuk jurang kenistaan dan kekisruhan demi kekisruhan. Demokrasi akal-akalan menghasilkan model politikus main uang, maling anggaran, dan tidak berkualitas. Membela yang bayar dan uang yang mahakuasa. Ironis ketika seni untuk mendapatkan kekuasaan itu kehilangan nurani, sehingga yang ada adalah akal-akalan semata. Hukum saja masih bisa dipolitikisasi, apalagi memang ranah politik, kacau makin kacau.
Kekuasaan memang enak, namun tentu untuk bisa menikmati enaknya kursi kuasa itu hendaknya mau berjuang, berproses, dan tahu konsekuensi. Mau enaknya sate kambing namun potong kompas beli, bahkan jatah di depan orang diambil karena tidak mau antri sedang dibakar pun langsung dilahap, perilaku rakus dan tamak menjadikan bangsa ini kerdil dan dengan mudah dilecehkan bangsa lain. Proses itu indah jika mau menjalaninya.
Kekuasaan itu tidak salah, kekuasaan itu baik malah, hanya yang mengemban itu yang memberikan nilai mau baik atau buruk. Akankah selalu seperti ini bangsa ini?
Jayalah Indonesia
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H