Ketiga, rekam jejak yang berkebalikan total pun bisa menjadi hal yang lumrah. Soal pendekatan dengan kelompok radikal dan nasionalis jelas bertolak belakang dengan masa pilpres lalu. Bagaimana hal ini mau dijawab sebagai pemimpin bisa demikian mudah melompat pagar yang jelas-jelas bertolak belakang demikian?
Keempat, hubungan dewan dan eksekutif akan dijamin harmonis, namun apakah hangat dalam kinerja yang baik atau seperti yang sudah-sudah? Melihat idenya yang hanya kebalikan ide dari Ahok susah berharap dewan bisa bekerja baik dan sinergi, selain minta upeti. Susah mengharapkan perubahan.
Kelima, karena hanya antitesis apa yang sudah dilakukan oleh kelompok atau pihak lain, ketika benar-benar mendapatkan mandat, bisa terjadi kebingungan karena tidak ada lagi patron yang mau dibalik. Ini bisa celaka karena pemerintahan bukan WTS, alias waton sulayasaja.
Keenam, orientasi kursi dalam hal ini gubernur, entah untuk apa yang jelas menggunakan cara-cara yang aneh, lucu, dan tidak wajar demikian, kalau tidak berlebihan dikatakan menggunakan cara tidak etis. Ketika orientasinya adalah kursi, mana peduli soal keberadaan daerahnya. Penduduk hanya dipakai untuk memilih dan soal sejahtera yang pikir sendiri.
Ketujuh, pendekatan kepada kelompok-kelompok yang justru selama ini jadi beban Jakarta bisa menjadi gambaran seperti apa Jakarta kedepan, jika Anies yang menjadi gubernur tentunya.
Anies baik, cerdas, dan menjanjikan sebenarnya. Namun melihat sepak terjangnya selama ini ternyata Anies tidak bisa menjadi orang nomor satu, paling pas jadi orang nomor dua, pelaksana bukan pengambil keputusan, bekerja di belakang layar dan menjadi pemikir untuk dilakukan orang lain, bukan melaksanakan ide dan gagasannya sendiri. Susah melihat Anies bekerja model nomer satu.
Ide-idenya bagus kog selama ini, namun ketika melaksanakan banyak catatan-catatan, hal ini terbukti ketika di kementrian. Beda kala ia menjadi timses, yang bekerja tim bukan pengambil keputusan dan melakukannya.
Pemimpin bukan semata cerdas namun juga bijak dan yang penting adalah mampu melakukannya. Selama ini bangsa ini lemah dalam aplikasi, sehingga ya jalan di tempat saja jadinya. Dunia ide biarkan milik Plato jangan lagi di era kekinian. Kini saatnya membuktikan dalam kerja.
Jayalah Indonesia
Salam.