Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pihak yang Berkepentingan Demo 4 November

7 November 2016   10:27 Diperbarui: 7 November 2016   10:52 4338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari berlalu, teka-teki dan misteri tetap saja masih menjadi tanya besar, betapa banyaknya yang berkepentingan di sana. Siapa saja yang bisa terlibat memiliki kepentingan?

Pertama, Jokowi dan jajaran pemerintah. Kepentingan adalah penegakan hukum bebas intervensi dan adanya kelompok yang ingin memaksakan kehendak yang tidak boleh ditoleransi. Tidak heran kapolri, panglima TNI dan menkopolhukam berdiri dengan presiden bersikap tegas bukan keras dan beringas.

Kedua, kelompok yang sedang berkompetisi di pilkada DKI. Meskipun mengatakan bebas politik, toh sangat terasa bahwa hal ini tidak bisa dilepaskan dari kepentingan politik. Khususnya di ranah pilkada DKI. Ada yang tentu girang jika salah satu kontestan mendapatkan label atau malah masuk bui sebagaimana tuntutan yang ada.

Ketiga, beberapa kelompok yang masih belum lupa pilpres ’14. Kan aneh, tidak ada angin, tidak ada badai, ekonomi juga sedang menggeliat, tiba-tiba ada yang meminta Jokowi mundur, lho katanya Ahok menista agama, kog Jokowi. Logika yang dibangun Jokowi melindungi Ahok, asumsi yang lemah.

Keempat, ada yang gerah usai pernyataan presiden soal proyek mangkrak. Dapat momentum yang bisa sejenak menyembunyikan diri jika ada apa-apa. Siapa  tahu dengan tekanan massa ada perubahan signifikan soal itu. Kan lumayan, tidak perlu susah payah dan malu lagi jika ketahuan ikut bancaan.  Siapa itu, tunggu saja tanggal mainnya.

Siapa-siapa yang berkepentingan itu bisa dilihat sebelum dan seuasi peristiwa dengan berbagai komentarnya. Ada yang merasa “kecewa” karena tidak terjadi apa yang mereka harapkan, namun tidak sedikit yang mengapresiasi sikap aparat dalam menjalankan tugas mereka.

Menarik adalah lompatan-lompatan logika di dalam kasus ini. Mengapa bisa bergeser ke arah penurunan presiden dengan dalih kedekatan, dekat dianggap atau diasumsikan melindungi. Coba ditengok pernah ada pakar, politikus yang berbicara soal kedekatan Airin dan Wawan? Itu jelas fakta, nyata, kalau mereka suami istri, kog malah istrinya bahkan nyalon lagi dan menang. Bandingkan kalau tidak salah ingat Adies A, yang terkena hukuman karena cuci uang dari suaminya. Kog tidak ada yang menyeret Airin dari pecalonannya yang ikut makan uang korupsi suaminya atau cuci uang suaminya. Kog beda?

Katanya gak boleh intervensi, kalau memaksakan ini itu apa bukan intervensi? Lha kalau presiden dekat saja diasumsikan mengintervensi, kalau katanya jutaan menggeruduk ke istana, konpres itu bukan intervensi ternyata, comeon, Beye mode on...Gak usah standart ganda dan mau membuat citra buruk pihak lain.

Hukum masih bisa dikuasai dengan tekanan massa, yang menggunakan sentimen keagamaan. Saya pesimis kalau yang ikut demo itu mayoritas tahu dengan baik esensi apa yang diusung, yang jalan kaki, panas itu beda dengan yang nonkrong di mobil dan berteriak-teriak, sama pakaiannya, Cuma beda  maksud. Ingat sebagian besar...Bahwa ada yang paham dan dalam jalur membela agama saya salut, tapi apakah lebih banyak? Itu tanya yang besar.

Mengapa ada tanya itu? Karena usai persitiwa itu ada beberapa yang seolah mau ditampikan menjadi pahlawan dan pihak lain sebagai pelaku memalukan. Ada yang merasa menjadi pahlawan mencegah kerusuhan, jika iya hebat, namun kalau membaca selama ini jauh dari perilaku itu, apa iya bisa dipercaya? Ada pejabat yang tiba-tiba dipuja-puja sebagai penyelamat, ah yang benar saja, bagaimana perilakunya selama ini? Itu saja.

Apakah akan berhenti Ahok menjadi tersangka misalnya, jika iya, apakah tidak akan datang lagi gelombang minta menjadi terdakwa, jika iya, apa tidak akan datang lagi massa meminta secepatnya sidang dan masuk bui? Apalagi ada peraturan kapolri soal pelarangan politisasi calon dengan pelaporan di kepolisian bagi calon peserta pilkada. Ini bukan barang baru, jangan bilang polisi dibeli Ahok lagi.

Lebih menarik nantinya ada dua kasus yang identik dengan pelaporan Dhani yang menghina presiden. Soal ini akan ada di artikel lainnya tentunya.  Menunggu yang selama ini teriak-teriak soal pembelaan agama dan hukum apakah juga bersikap yang sama.

Separasi memisahkan jeruk Tebas sangat tepat dalam peristiwa akhir-akhir ini, mana kawan, mana lawan, mana kawan berpura-pura saja seolah kawan, namun menunggu di tikungan, dan mana yang lawan bermartabat. Jeruk Tebas yang biasa dikenal sebagai jeruk Pontianak itu disaring dengan ayakan untuk memisahkan kualitas buah berdasar ukuran. Dan di sinilah peranan peristiwa kemarin mempertontonkan watak aslinya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun