Presiden yang biasanya rapi teratur itu tiba-tiba mempertontonkan kemarahannya baik dengan bahasa tubuh ataupun pilihan katanya. Ini mengaggetkan kecuali seperti dikatakan oleh anak buah terhebatnya Roy Suryo yang mengatakan biasa kalau di depan kader seperti itu. Ternyata Pak Beye bermaain peran pas santun itu? Ups...keceplosan.
Mengapa sih Pak Beye sampai bisa “lepas kendali”, ini bukan soal kuda yang membuat sensi Pak Presiden keenam lho. Paling tidak ada sembilan alasan:
Satu, merasa dituduh dalang 4 November.
Wajar kalau marah, bagaimana tidak marah kalau dituduh menjadi dalang demo besar-besaran. Soal siapa yang menuduh juga tidak tahu. Kalau data intelijen, benar kan beliau masih menerima laporan intelijen, jika iya, bahaya, ada pemerintahan swasta berarti. Kog swasta, data intelijen kan hanya ke pemerintah, dalam hal ini presiden, sedang Pak Beye kan bukan, atau masih merasa ya? Kalau kata media, sih napa juga marah, kan bisa besok di media yang sama diralat.
Dua, merasa dituduh kaya raya dengan 9 T hartanya.
Bisa dua arti, merasa terhina karena lebih atau merasa difitnah karena tidak sebanyak itu kekayaannya. Kalau mengatakan jika benar masuk jajaran orang terkaya, berarti beliau merasa difitnah memilii harta berlebihan, jika iya pun mengapa harus marah? Kan bisa saja ditampilkan laporan harta kekayaannya yang diberikan ke KPK. Dipampang dengan transparan, berarti pemberitaan (entah di mana itu salah, dan selesai). Hal yang mirip juga soal rumah bagi presiden dan wapres yang sudah selesai pengabdian. Pemberitaan kata Pak Beye katanya 5000 m2, toh saya juga baca 1500 m2, harganya 20 M kalau di atas itu nombok sendiri, begitu kira-kira, atau beda media yang presiden baca sehingga sensi ya?
Tiga, merasa dituduh terlibat atau ikut konspirasi pembunuhan aktivis.
Sepanjang yang ada di media umum dalam artian yang saya baca, tentu juga dibaca yang lain, hanya soal hilangnya laporan TPF bukan ikut dalam pembunuhan kog. Beda lho laporan hilang itu abai, kalau pembunuhan itu kriminal. Di sana dari mana info presiden keenam ini, intelijen lagi? Kalau iya, wah cilaka lagi sebagaimana pemerintah swasta dong. Medsos? Lha katanya medsos siapapun bisa nulis, dan itu yang perlu dicermati Pak Beye, karena selalu menggunakan medsos untuk birokrasi akhirnya kena batunya juga.
Empat, kalah langkah strategis kebersamaan Prabowo dan Jokowi.
Ini lah yang sebenarnya paling menyakitkan dan membuat meradang dan lupa kedudukan. Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang dinilainya seperti Pak Beye dan Bu Mega eh berbeda, mereka bisa berkuda berdua lho. Merasa kalah strategis, akhirnya membuat pernyataan karena emosional belepotan dan salah langkah. Mau mengejar malah beda arah.
Lima, ternyata intelijen bengkok.