Jauh hari sebelum kampanye dimulai, kelucuan demi kelucuan jualan paslon lebih mengemuka daripada ide, visi, atau program untuk Jakarta lebih baik. Ketiganya sama saja di dalam menjual kelucuan.
Agus: jargon keren, paling cakep, lebih mengemuka daripada bagaimana mau membenahi Jakarta lebih baik. Jika ini ajang pemilihan Abang Jakarta boleh lah, kan memang yang dilombakan soal fisik yang cakep, keren, dan penunjang lainnya, bukan visi dan misi. Pilkada itu perlu namanya visi, misi, dan apa yang mau dilakukan untuk daerah yang hendak dipimpin. Cakep, keren, atau tampan itu faktor yang mendukung sehingga ketika memberi pidato tidak banyak tidur, itu saja.
Prestasi yang dikemukakan, soal prestasi di militer, usia muda, dan sejenisnya. Lha ini mau jadi gubernur kog bukan panglima militer. Jika jadi panglima Kodam, atau Kodim atau Korem, lulusan terbaik ini-itu pas di militer jelas linier, beda lho mimpin darah dan militer, iya memang mmebantu bukannya tidak berguna.
Sandiaga Uno. Selalu saja yang didengungkan soal santun. Kalau mau jadi menantu iya, santun dikedepankan atau mau jadi calon pegawai, lha ini jadi cagub kemudian cawagub di DKI yang terkenal banyak mapia, dari kuburan hingga dewan, dari penuh tato hingga klimis berdasi di balik volvo, santu itu baik tapi apa cukup?
Masalah Jakarta itu urbanisasi yang minim ketrampilan sehingga lahir pemukiman liar, eh malah akan membuat kantong usaha, nanti mau tinggal di mana coba? Bener bahwa sebagai pengusaha hendak meningkatkan sejahtera warga dengan ekonomi yang memang bidangnya. Namun apa tidak membuat ledakan penduduk? Bisa dan baik namun segi lain abai dipikirkan.
Djarot. Ide pemberantasan tikus dengan membayar Rp. 20.000,00 per ekor tikus utuh, bukan ekor saja yang diserahkan. Boleh dan baik untuk kesehatan Jakarta, namun apa tidak akan ada masalah di kemudian hari? Bagaimana pengalaman di mana-mana soal trik dan penipuan dengan ternak tikus. Jawaban apa ada orang gila yang mau ternak tikus. Lha apa Pak Djarot lupa ini Indonesia? Yang semua bisa terjadi, ketua MK saja masuk bui, vespa penuh sampah bisa jalan dengan BBM sama dengan BMW subsidinya. Bukan tidak mungkin orang nekat ternak tikus demi uang lho.
Ahok, lebih lucu lagi, seorang gubernur dinasihati untuk tidak banyak omong oleh petinggi negeri, presiden kelima dan wapres menasihatkan yang sama. Lucunya pejabat yang banyak omong dan banyak kerja malah banyak nasihat atau larangan, kog gak ada nasihat untuk kerja bagi pemerintahan untuk Deddy Mizwar atau Eko Purnomo yang masih asyik di televisi, sedang di dewan nyaris tidak terdengar.
Jelas sungai menjadi bersih setelah puluhan tahun menjadi bak sampah terpanjang di dunia, eh jadi rebutan siapa yang paling berjasa. Coba kog tidak ada yang memperebutkan bagaimana menata Jakarta yang bebas macet, atau bisa lebih baik di depan mata dunia karena ibukota negara. Lucunya bahkan hingga membawa-bawa Google segala, sehingga ahli (katanya) IT, Roy Suryo ikut-ikut yang juga nambah lucu.
Semua mulai dekat dengan rakyat kecil, termasuk para bakal calon lalu. Ada yang makan di warteg, ada yang masuk pasar, ada yang lari dengan pengawal, ada yang lari disambut bapak ibunya, seperti anak yang turun tanah pertama kalinya, padahal selama ini ke mana coba?
Ada yang tiba-tiba jadi pahlawan untuk orang-orang yang ditertibkan oleh pemerintah yang mereka namai penggusuran. Padahal kan bukan hanya kali ini saja ada penertiban-penggusuran. Ke mana saja mereka. Ada yang mendirikan pusat krisis, ada yang siap jadi pengacara, dan tetap saja terjadi, penduduk tetap pindah.
Melibatkan presiden, capres, dan luar biasanya pilkada yang satu ini. Ada Megawati yang mengantar ke KPU, ada Prabowo yang mengatakan kalau tidak dukung Sandi antek lain, atau Yudoyono yang “memensiundinikan putera mahkotanya.” Coba mana ada pilkada seheboh ini?
Sempat terbentuk koalisi kekeluargaan yang sangat lucu karena dasarnya hanya ABA, eh dilibas oleh ketum masing-masing langsung balik kandang. Menunjukkan ketum yang luar biasa perannya dan kuasanya. Lucunya para petinggi yang usil di koalisi kekeluargaan seperti anak kecil yang dibentak ibunya untuk tidur. Langsung balik kanan dan masuk kamar.
Ada lagu dan nyanyian Ahok tumbang, eh malah sekarang jadi ketua pemenangan. Coba kalau salah nyanyi pas kampanye apa tidak mengalahkan stand up comedy paling lucu sekalipun?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H