Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alasan Profesor Felix Tani Pegal-pegal

17 Oktober 2016   18:32 Diperbarui: 17 Oktober 2016   18:48 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alasan Profesor Felix Tani Pegal-Pegal

Beberapa hari ini ada akun yang beralasan pegal-pegal membully rekan-rekannya. Dalih sebagai akun pinggiran, atau K-Perjuangan mencari rekan-rekannya untuk dijadikan bahan candaan ala Srimulat. Keluhan yang sama katanya masih pegal-pegal.

Aneh dan perlu dipertanyakan, ketika sudah makan masih lapar, sudah tersalurkan eh masih pegal-pegal, ada apa? bahasa psikologi menyatakan adanya sakit psikosomatis. Contoh, orang yang takut tampil di depan umum, ketika mendapatkan giliran, tiba-tiba sakit perut, gatal-gatal, atau pusing-pusing. Ke dokter pun tidak akan ketemu apa penyakitnya. Biasanya berkaitan dengan masa lalu atau luka batin di masa kecil.

Mencermati akun Profesor Felix, dengan brand sebagai sosilog pinggiran, gambar sawah, dan tani sebagai bagian utuh nama akun, sedangkan artikel yang ditampilkan ada beberapa kelompok besar, pertama soal pertanian, soal budaya dan adat  istiadat Batak, dan juga soal penelitian yang berseri, tidak ketinggalan serial humor revolusi mental. Candaan dalam komengpun lebih memilih guyonan ala Jawa, bukan Poltak-nya yang sering dijadikan bahan tulisan.

Ada apa di sana?

Profesor Felix tidak pernah puas dan terpuaskan dengan capaiannya, apa indikasinya? Masih pegal-pegal. Padahal hasil dari humor revolusi mental itu ngehits, bahkan sampai kanalnya dipancung. Pembaca cukup ramai dengan humor segar di antara humor habul. ada penutup dengan makna yang dimaui Profesor. Ini yang membedakan, di mana, ada pemaksaan makna ala petani yang menginjak lumpur saja gatal ini.

Penelitian, meskipun mendapat apresiasi dari admin, namun sedikit pembaca, dan tentunya identik dengan pendidikan yang sangat jarang akan diramaikan dengan adanya pembaca yang hingga ribuan. Namun tetap saja kuliah gratis ini berlanjut hingga berseri-seri. Demikianpun masih belum juga puas, merasa pegal ternyata, yang hingga sekarang masih dengan gaya baru jenis pembullyan.

Budaya Batak, dengan kekhasan yang dikisahkan dengan nama Si Poltak. Di sinilah hendak kelihatan semuh psikosomatisnya, ketika seluruh kepribadian itu terwakili, petani, sosiolog, dan ras yang disandang bisa terwakili. Label tertinggi HL-pun disandang. Namun kegelisahan itu belum juga usai, malah kini melebar dengan artikel bully-an.

Fenomena yang perlu mendapatkan kajian, sudah tiga korban yang diartikelkan, eh masih keempat dengan kalimat tambahan yang menyatakan masih perlu pelampiasan sehingga masih pegal-pegal. Apa yang mau dicari dengan ini coba, mosok mau semua akun dibully, cilaka kalau masih juga pegal.

Alasannya terlalu banyak yang hendak dicari, wajar kalau pegal-pegal. Coba lihat saja Mas Jati dengan satu tema, HaRu, tidak mengatakan dan mengeluh pegal bukan? Coba Mas Profesor tekun dengan pertaniannya, atau humornya, atau penelitiannya, atau budaya Bataknya. Jelas saja akan ringan dan tidak pegal. Mau cari-cari bahan bullyan baru, nambah pegal saja, ha...ha...

Tidak pegal bagaimana ketika harus analisis pp yang ada gambar jeruji besi, atau karena nulis sarung, atau tidak berkaca mata coba. Ada yang suka tidak bercelana saja dibahas jadi artikel. Untung belum ada mahasiswa yang datang dan komentar artikel seperti ini bisa nangkring di NT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun