Ketiga, bukan menjual paslon, malah seperti menawarkan diri sendiri. Selama ini, hingga hari-hari ini, bukan malah menawarkan paslon, memiliki kecenderungannya pencarian panggung pribadi. Jauh hari sebelumnya ia yang merasa dicalonkan kog, kini orang lain, dan sikapnya mencari aman itu terbaca apa yang dilakukan justru lebih merusak daripada membangun.
Keempat, beban bagi demokrat dan  paslon, ini sangat merugikan jika demikian. Beban yang disandang bagi koalisi Cikeas, bukan malah membantu. Ini sama saja satu baut yang lepas perlu diperbaiki bukan malah dibiarkan saja. Bisa sangat bahaya bukan meringankan malah menjadi beban berat.
Kelima, cenderung kekanak-kanakan, cara menjawab masalah yang ditimbulkan itu dengan bijak sekelas pendidikannya, statusnya, dan pengalamannya, namun selama ini  malah sebaliknya. Masalah tidak selesai malah makin parah.
Kasus aset yang lama sudah tidak terdengar malah kembali nyaring ketika ada kritikannya. Dia melakukan apa dijawab secara langsung pihak lain dengan kasus yang ia lakukan. Coba bagaimana model begini mau menawarkan dagangan? Selama ini Demokrat pun hanya diam saja. Petinggi satu demi satu masuk bui, yang masih tersisa pun bukan membangun malah menciderai. Tidak heran banyak yang berpikir tidak lama lagi Demokrat masuk sejarah.
Roy perlu belajar agar tidak malah melangkah namun malah terperosot. Latihan di arena pesta rakyat tujuh belasan dulu saja.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H