Pejabat itu bukan membangun namun hanya mengumpulkan kekayaan. Jika dasarnya adalah membangun dan demi pembangunan tentu akan memberikan yang terbaik, bukan malah sisa-sisa colongan baru dipakai untuk pembangunan. Hal ini merupakan fundamental yang harus dibenahi, mau apa jika mentalnya korup dibuat seperti apapun tetap saja demikian.
Penghormatan akan kekayaan dan materi bukan kepribadian luhur. Kejujuran dan kerja keras serta prestasi belum menjadi tolok ukur penghormatan, banyaknya mobil, rumah, dan kekayaan menaikan pamor dan kehormatan. Soal cara mengumpulkan tidak peduli.
Kejadian ini membuat Ahok dan Djarot akan bekerja keras paling tidak setahun ke depan. Parkir sudah bisa dibenahi, aliran sungai sudah dilaksanakan, makam yang penuh mafia telah dibuka, maling di jalanan ini termasuk videotron, JPO, ternyata juga perlu perhatian. Entah berapa banyak uang yang beredar di sana, sehingga bisa berlaku demikian.
Lihat ternyata ada juga masalah lho, sepertinya sepele, padahal tidak. Selama ini hanya soal penggusuran atau penertiban, soal pakaian atau cara berkomentar, eh maling ada di mana-mana, dan jangan malah diabaikan yang bisa menjadi hal yang lebih fatal. Ingat soal pembiaran. Hunian liar itu awalnya satu kog, PKL itu juga coba-coba, buang sampah itu tidak bertruk-truk awalnya, satu kantong plasti saja, namun puluhan tahun.
Ini tidak hanya untuk Ahok saja lho, juga untuk dua paslon lain. Ada berjuta masalah di Jakarta, dan itu ada di depan mata.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H