Paradigma juara umum dan yang penting menang sudah harus diputuskan dan diganti dengan yang penting proses dan usaha untuk berprestasi. Tidak heran banyak yang frustasi dan enggan menjadi atlet. Kemenpora sudah harus sadar akan hal ini, jangan kaget Laos, Myanmar, dan nanti Timor Leste bisa menyalip usaha panjang kita yang masih suka berkutat dengan yang penting juara.
Kaderisasi dan pembinaan merupakan hal yang mendasar. Tidak lagi waktunya bajak membajak dan bertarung dengan tidak adil, sembrono, dan demi emas namun lupa sportivitas dan perjuangan yang pantas dan berharga. Tidak beda dengan dunia politik, yang dihuni politikus busuk dan tamak. Suka akan kekuasaan dengan cara apa pun karena bisa mendapatkan kursi dan kesempatan untuk menyelewengkan kekuasaan.
Orang yang lupa akan proses hanya fokus pada hasil, tidak heran abai ketika sampai ke tujuan, bukan menghargai susah payahnya, namun berpesta pora, tidak heran atlet kita susah berbicara di kancah lebih jauh. Di level politik, jika kita berhadapan dengan asing sering malah tercecer karena memang mentah, suka akan proses instan seperti diplomasi soal Sigitan dan Ligitan, bangsa tetangga berani macam-macam karena tahu kualitas anak bangsa yang bisa dibeli, tidak tahan banting, dan mudah kalah bahkan sebelum bertanding.
Apakah ingin terus seperti itu? Revolusi mental juga harus mengubah pola pikir mendasar di dua dunia ini, olahraga dan politik. Pendidikan memegang peran penting.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H