Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yusril: Penguasa Politik Menekan Parpol Mengusung Dirinya, Beda dengan Pimpinan Lalu

17 September 2016   06:52 Diperbarui: 17 September 2016   08:54 2722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusril:Penguasa Politik Menekan Parpol Mengusung Dirinya, Beda dengan Pimpinan Lalu

Salah satu bakal calon yang belum juga mendapatkan tunggangan ini mengeluarkan pernyataan cukup mengejutkan jika tidak dikatakan aneh. Pertama mengatakan penguasa politik saat ini menekan parpol untuk tidak mendukung dirinya karena sering mendukung orang yang bersalah. Kedua, soal keberanian ketum Demokrat yang tidak takut, telah meimpin dua periode di masa lalu.

Pertama, ia menyatakan penguasa politik kali ini, bisa dimaknai sebagai pertama ketum PDI-P dan kedua adalah presiden Jokowi. Tidak berlebihan jika diterjemahkan ada pada dua sosok tersebut, karena praktis pemimpin parpol terdepak mau tidak mau, suka tidak suka ada ketum PDI-P. Jika hal tersebut disematkan pada presiden pun yang mengira demikian bisa dimengerti, karena presiden itu jabatan politis.

Apakah demikian adanya? Membaca dinamika selama ini bukan kekuatan luar yang membuat Pak Yusril kesulitan mencari mercy, bemo saja enggan untuk membawanya. Sekali lagi bukan karena tekanan siapapun itu, tapi memang Pak Yusril sendiri yang tidak mampu meyakinkan baik publik dan parpol. Apa yang membuat mereka enggan, banyak hal, ada soal model kepemimpinan, rekam jejak selama ini, relasi di dalam berpolitik, dan bisa juga soal mahar. Apalagi jika dikaitkan dengan frasa selanjutnya karena profesinya yang sering membela orang bersalah. Lha bagaimana tidak membela orang bersalah, namanya pengacara memang kewaibannya membela orang uang dituduh bersalah kalau mau membela yang benar jadi jaksa.

Bukti tekanan  penguasa politik ini pun tidak benar ketika hasil survey terbaru, sama sekali tidak membawa nama Pak Yusril pada posisi elit. Apa juga nanti akan ada lagi pernyataan survey ditekan, apalagi apa akan lebih parah yang menggatakan rakyat yang mengisi survey yang ditekan? Jika iya bagaimana cara menekan rakyat?

Melihat kepemimpinannya di partaipun maaf, sama sekali tidak bisa menjual dirinya dan partainya untuk bisa berbicara banyak. Sama sekali tidak terdengar kiprahnya, artinya apa? Bisa dimengerti jika survey banyak mengunggulkan, dukungan membanjir dari akar rumput,namun elit enggan, ini baru jelas.

Bahwa jauh lebih bisa dimengerti yang menentukan adalah masalah diri, baik sebagai pribadi dan juga parpolnya. Pihak lain selama ini juga jarang yang mengaku dengan bangga dan jelas sebagai calon yang bisa membawa Jakarta lebih baik. Ingat selama ini yang digembar-gemborkan adalah mengalahkan Ahok bukan Jakarta lebih baik.

Kedua,Pak Beye yang berkuasa dua periode tidak takut tekanan penguasa. Menarik adalah ungkapan Pak Beye tidak takut tekanan karena memimpin dua periode. Hal ini lebih merujuk ke ketum PDI-P daripada ke Pak Jokowi, apalagi ketum Golkar misalnya. Apa yang bisa dilihat dari ini? satu,apa iya Pak Beye mau dukung Pak Yusril karena bukan soal pembela pihak yang salah, tapi soal Pak Beye sebagai kepala pemerintahan dikalahkan berkali-kali oleh gugatan Pak Yusril, bisa diartikan ini jauh lebih parah karena langsung bukan seperti yang dinyatakan Pak Yusril. Dua, apa kaitan dengan dua periode  memimpin dan tidak  takut menghadapi tekanan penguasa politik itu? Hal ini jauh lebih meyakinkan jika ia hanya punya harapan dari Pak Beye daripada ketum lain. namun hanya punya lima dan besan PAN yang tidak lebih baik (inipun belum tentu melihat dinamika yang sekarang). Tiga,aneh melihat cara menawarkan diri seperti ini, model mengadu domba, apalagi dengan main teka-teki, siapa yang mau disasar, tergantung pendengar. Empat,jangan lupa Pak Beye tidak takut, tapi jangan lupa pendendamnya tidak mudah melupakan kisah masa lalu.

Melihat apa yang dinyatakan tersebut, lebih meyakinkan mana antara tekanan penguasa atau persoalan diri sendiri yang membuat Pak Yusril susah mendapatkan tumpangan? Lebih banyak soal diri sendiri. Soal profesi yang sering membela yang salah bukan yang utama, namun tentu soal keterpilihan yang tidak mampu ia buktikan sebagai seorang pemimpin.

Apa yang telah ia lakukan selama ini, dengan belanja ke pasar, makan di kaki lima cenderung mengekor gaya blusukan Pak Jokowi, jelas bukan orisinal dan bahasa tubuhnya tidak mendukung ia lebur di sana. Ini malah membuat makin tidak menjual, menambah nilai kurang, bukan menutup. Padahal banyak sarana untuk mendongkrak keterpilihannya, dengan cara cerdas bukan asal melawan Ahok. Ingat ini demi Jakarta bukan demi mengalahkan Ahok saja.

Safari atau silaturahmi politik selama ini menambah daftar kelemahan, bagaimana ideologi yang tidak jelas yang mau diusung. Apa artinya makin ke depan, pemilih bangsa ini makin cerdas, orang yang bisa bersikap demikian, bagaimana mau menjaga anggaran, mau menata Jakarta, mau mengurai kemacetan, mengalirkan air di sungai bukan lagi sampah, dan hal-hal yang berkaitan dengan ketegasan.

Sayang sekali Pak Yusril yang termasuk generasi muda, ketika ’98 termasuk menjanjikan ini ternyata masih lebih lekat dengan rezim yang beliau gulingkan waktu itu. Kekuasaan lebih memikat daripada mengusung pembangunan dan pengabdian.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun