Ketiga, kaitannya dengan masa depan pemerintahan, mahalnya mahar, buat pejabat yang menjabat akan mencari balik modal, semua sudah tahu jika hal ini bukan? Maling anggaran dan kerja sama demi dapat keuntungan sendiri.
Keempat, parpol bisa kembali menggendalikan keadaan dan pembangunan bisa dikatakan akan kembali ke era lampau, di mana anggaran dibuat bancakan dulu jika kondisi yang menang adalah calon dari parpol yang membeli dukungan dan suara.
Kelima, pecahnya parpol karena perbedaan elite dan akar rumput. Ini bisa terjadi di banyak parpol. Jika tidak disikapi dengan baik bisa berbahaya bagi alam demokrasi, apalagi melihat sikap berpolitik yang belum dewasa.
Saefullah, posisi yang sangat strategis, pejabat nomor tiga di pemrov tentu sering melakukan kunjungan, baik dalam level birokrasi ataupun ke masyarakat. Ini membuat namanya lebih unggul dan merupakan hal yang penting. Di jajaran lembaga sudah dikenal luas, juga di masyarakat relatif lebih tenar. Sebagai birokrat, ASN lebih mendukung dia dibandingkan yang lain. tidak memiiki catatan yang menonjol. Orang Betawi, bukan soal rasialis, namun sentimen kedaerahan tetap saja membantu. Belum lagi soal jabatan di ormas tentu sangat membantunya.
Dilema bagi Sandi, mau memilih yang lebih tenar bukan orang parpol dan dukungan parpol lain itu juga penting. Mau ikut saran PKS toh tidak bergerak banyak. Mau ninggal, parpol lain tidak juga meyakinkan.Â
Siapa yang bisa mendapatkan keuntungan? Yusril bisa mendapatkan kendaraan dengan relatif lebih menjanjikan jika P3 didukung PKB, kemudian Demokrat bisa diyakinkan dengan membawa PAN serta, aman sudah langkahnya. Saefullah yang memiliki peran kunci di sini.
Tarik ulur dan kepentingan parpol masih lebih kuat. Ingat kepentingan parpol bukan kepentingan rakyat dan daerah. Masih bisa dipahami namanya juga masih belajar berdemokrasi.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H