Media, terutama televisi memegang peran penting untuk memberikan keteladanan dalam menggunakan kata dan bahasa secara baik dan benar. Menarik beberapa kata dipakai tidak pada tempatnya sehingga menjadi lucu dan wagu kadang.
Hewan itu induk bukan orang tua. Jelas saja orang tua untuk manusia atau orang. Kan tidak ada misalnya anak harimau itu kehilangan orang tuanya, jelas saja harimau dan bukan orang, namun sering dikatakan dengan mantab oleh presenter, entah sadar atau tidak.
Sedih dan haru.Dua kata yang identik, namun sebenarnya berbeda. Bagaimana reporter mengatakan,”Keluarga korban menangis haru menyaksikan keluarganya terbujur kaku.” Kata yang lebih pas adalah sedih. Haru akan lebih tepat jika dipakai, pada konteks ada kebanggaan, atau merasakan nuansa syukur, “Keluarga peraih medali emas menangis harus menyaksikan kibaran Merah Putih.”
Mengandung dan bunting.Mengandung lebih sering dipakai untuk manusia dan bunting untuk binatang. Namun sering pula terdengar berita, hewan itu melahirkan usai mengandung setahun. Tentu tidak salah, namun tidak pada tempatnya.
Meninggal dan mati. Meskipun artinya sama, tidak bernafas dan berakhirnya kehidupan, namun ada penggunaan yang lebih halus dan tepat. Tewas, wafat, dan gugur juga ada penggunaan masing-masing. Gugur untuk orang yang meninggal di dalam tugas terutama militer yang berperang. Tewas lebih pas dan cocok untuk menyatakan berapa korban, misalnya kecelakaan menewaskan lima orang. Wafat lebih cocok untuk mengatakan bangsawan atau raja, bisa juga mangkat.
Acuh, seharusnya acuh tak acuh. Acuh tak acuh artinya abai, kalau acuh saja itu berarti peduli. Jika mau mengatakan diam saja itu bukannya acuh namun acuh tak acuh. Hal ini juga sering dipakai dengan tidak pas.
Semena-mena... tidak berimbang, atau sewenang-wenang, bukan tidak semena-mena, karena itu sudah berarti tidak berimbang. Sering pula salah menggunakan kata ini. Jika diberi kata tidak, berarti bahwa adil atau berimbang. Jika mau mengatakan perilaku yang tidak pantas berarti semena-mena tanpa kata tidak.
Jenazah dan bangkai. Hal ini hanya untuk memperhalus makna. Keduanya mengatakan badan yang sudah tidak bernyawa, namun tentu tidak pantas jika mengatakan manusia sebagai bangkai, atau mayat. Lebih elok jika jenazah. Bangkai lebih pas untuk binatang.
Melahirkan dan beranak. Ini juga artinya sama, sama-sama keluarnya anak dari rahim, namun pantas dan elok untuk manusia itu melahirkan. Beranak lebih pas untuk hewan, dan bukan hewan malah dikatakan melahirkan.
Geming, tidak bergerak, berkeming artinya tidak bergerak, wasit bergeming dengan keputusannya,bahwa wasit tidak berubah akan keputusannya. Bukan tidak bergeming. Kata lain diam. Sering disalah pakai dengan kata tidak bergeming.
Beberapa kata asing yang sudah sangat biasa dipakai, namun pelafalan tidak tepat karena menggunakan lafal bahasa Inggris padahal bahasa Latin. Dies,dibaca dies,bukan dis,e-nya tetap diucapkan berarti hari. Cum laude, dengan pujian, bukan cum laud, e tetap diucapkan dengan jelas, karena bukan bahasa Inggris. Biasa diucapkan pembawa acara dalam acara wisuda, tentu sangat tidak elok jika sudah keras, dibuat keren berwibawa namun salah.
Bangga akan bahasa sendiri, dipakai dengan tepat dan baik, tentu sebagai perwujudan salah satu cinta tanah air. Bahasa Indonesia itu bahasa yang sangat kaya dan memiliki banyak padan kata, sayang menggunakannya sering tidak pas. Media memegang peran penting untuk memberikan contoh dan keteladanan dalam menggunakan dan memilih kata dengan pas.
Globalisasi telah menjadi gaya hidup, penggunaan kata-kata asing yang memang susah diterjemahkan dengan begitu saja seperti dies natalis,dan cum laude,itu tentu lebih baik jika diucapkan memang dalam bahasa aslinya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H