Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Benar Jokowi Hanya Berwacana Soal Poros Maritrim

31 Agustus 2016   12:10 Diperbarui: 31 Agustus 2016   18:16 2473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kebiasaan Pak Beye adalah komentar di medsos, kali ini  berbeda ketika dinyatakan dalam kuliah umum. Perlu disayangkan entah lupa kedudukan sebagai presiden atau sedang menjadi koordinator juru bicara partai, sehingga terlontarlah kritik atau kritisnya untuk pemerintahan. Tidak ada yang salah, hanya saja kurang patut, di depan angkatan muda bangsa ini berbicara demikian.

Mengapa tidak patut? Ingat presiden sedang memerintah itu, tidak bisa lepas dari apa yang diperbuat oleh pemerintahan sebelumnya. Bagaimana mau menjalankan idenya atau visinya ketika banyak sekali pekerjaan negara yang masih tersisa dari periode sebelumnya. Jangan katakan, mengapa selalu menyalahkan pemerintahan sebelumnya? Apakah adil ketika mengritisi terus namun tidak mau dikatakan penyebabnya itu ternyata di sana?

Pak Beye benar memang Pak Jokowi masih sebatas wacana, lha bagaimana tidak, soal narkoba saja belum kelar kog, siapa hayo yang mengatakan 2015 akan bebas narkoba? Apa sih yang sudah dilakukan era dulu? Ketika hampir sebagian besar terpidana mati itu sudah “menantikan” lebih dari dua tahun, artinya, bahwa bukan era rezim ini yang memutuskan hukuman mati itu. Hayo dananya gak kecil lho Pak Beye, belum lagi masih dijadikan bulan-bulanan bahkan hingga PBB lho. Energi dan dana untuk bangun maritim tersendat karena ini, Pak Beye harus ingat juga lho.

Pak Beye benar juga karena ngurusi korupsi gak tuntas-tuntas lho, padahal besannya, “anak emasnya,” para pemmbantu terbaiknya sudah dibui, eh masih juga marak lho Pak. Coba Pak Beye bayangkan, kalau maling ini, separo saja bisa disembuhkan sejak dulu, kali ini bisa lebih cepat dari kereta cepat lajunya Pak. Kata Pak Prabowo bocor...cor...cor itu sudah jadi lubang menganga Pak, dan apa yang Pak Beye lakukan waktu itu, kog masih saja bocor?

Soal wacana Pak Jokowi ini lagi-lagi Pak Beye benar, bagaimana tidak lha nyatanya banyak infrastruktur yang terbengkalai dan baru kali ini dibuka lagi dan dilanjutkan. Tentu Pak Beye lebih tahu, kecuali Pak Beye dilapori dan laporannya ABS Pak. Kan Pak Beye sudah keliling Jawa beberapa waktu lalu, kan melihat to Pak, selain Jembatan Suramadu, ada juga jalan tol, waduk, dan lainnya yang mangkrak? Coba Pak Beye apa itu tidak menghabiskan waktu dan dana sekarang?

Sepakat Pak Beye mengatakan kalau pemerintahan jangan cari-cari kesalahan pemerintahan sebelumnya. Sepakat Pak dan itu sangat baik dan aya apresiasi dan dukung. Tentu sepakat juga to Pak Beye kalau pemerintahan itu tidak sepenggal namun berkelanjutan. Sistem bukan orang yang bekerja. Soal ada yang dibuang dan diganti juga boleh. Tentu kritis, kritik, dan masukan itu baik dan penting, namun saluran juga tidak kalah penting bukan?

Pak Beye, alangkah lebih elok kalau Pak Beye itu berlaku sebagai presiden keenam, datang ke istana atau bertelpon ria dan katakan kepada presiden, ada yang tidak pas, perlu dilakukan dengan lebih baik jika seperti ini. Soal orang tidak tahu, atau rakyat tidak mendengar, apa itu masih jadi pertimbangan to Pak? Negarawan akan memikirkan bangsanya bukan diri sendiri apalagi pengakuan.

Pak Beye, jika sedang sebagai juru bicara partai, tentu jauh lebih elok disampaikan melalui forum partai. Misalnya konpres, atau sejenisnya. Jika diundang untuk kuliah umum tentunya sebagai presiden, ada yang lebih tepat dikatakan dan dinyatakan. Tentu bukan kapasitas menggurui seorang presiden namun ada presiden dan wapres yang jauh lebih tenang di usia purnanya.

Artikel ini bukan soal mendukung Pak Jokowi dan mem-bullyPak Beye, namun bisa melihat bagaimana di masa sepuhPak Habibie dan Pak Try Sutrisno bisa menjadi teladan bagi kita. Bisa memberikan dukungan kepada pengganti dan penerusnya dengan segala yang dimilikinya. Bahasa tubuhnya memperlihatkan itu. Kehadiran dalam undangan-undangan kenegaraan jelas memberikan angin segar bagi bangsa ini.

Harapan besar kala Pak Beye mengadakan “upacara-seremoni” luar biasa ketika menyambut Pak Jokowi di istana perdana kala itu. Ada hal yang baru, karena selama ini sama sekali tidak ada komunikasi dari presiden ke presiden. Indah bukan yang ditawarkan? Eh ternyata belum sepenuhnya berjalan. Malah cenderung lebih panas karena ada berbalas pantun di media dan medsos. Era yang berbeda memberikan nuansa yang berbeda.

Pak Beye, sebenarnya lebih elok jika melepas partai, soal putera-putera akan bisa mendapatkan jalannya sendiri kog. Orang Jawa mengatakan sebagai mandhita,menjadi sesepuh bangsa dan negara. Menyentil dengan garang sekalipun tidak masalah, ketika itu lepas dari kepentingan sendiri dan parpol.

Pak Beye, sebenarnya sayang dan eman di masa purna malah diledek, dijadikan bahan tertawaan, dan malah tidak bisa beristirahat dengan ayem tentrem.Apa lagi yang mau dicari to Pak? Coba buat lagi album yang berisi tentang sumarah,pencerahan, dan masa tua yang berbahagia. Atau bisa juga ngompasiana, banyak hal yang bisa dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun