Kedisplinan penghuninya. Ini menjadi penting karena semrawut dan masalah itu karena penduduk termasuk pemerintahnya tidak disiplin. Lihat saja pemmbatasan kendaraan pribadi namun petingginya tidak mau naik kendaraan umum. Tertib hidup juga sangat rendah, jika semua tertib, mau taat aturan sebenarnya tidak akan separah ini. Bukan hanya Jakarta namun Indonesia. Tanah lapang sedikit saja dijadikan tempat jualan, parkir, atau hunian, padahal itu alur air atau ruang terbuka untuk main anak. Trotoar jadi jalan raya atau lapak dagang. Pemerintah diam saja pas awal ada, apa lurah sebagai pemerintah paling rendah danpaling dekat tidak melihat? Tentu melihat, karena abai dan tidak disiplin.
Perubahan sikap dan batin. Mengingat keadaan jika sedang terjadi, besok ada kisah lain lupa. Coba banjir ini apa hanya sekali? Tidak bukan? Mengapa evaluasi, masukan, kritik, dan juga nynyir kalau ada kejadian. Esok lupa lagi, bangun dii tempat yang sama. Perubahan sikap ini menjadi penting agar memiliki sikap peduli bukan mementingkan egoisme sendiri. Coba mana bisa ada sertifikat untuk lahan yang jelas saja tidak sesuai? Bantaran sungai dibangun sering juga memaksa alirannya pindah demi luasaan tanahnya menjadi lebih besar. (Ini di mana-mana, penyakit bangsa). IMB pun ada kog, kog bisa? Sikap mental pejabat dan rakyat yang sama.
Selama ini penyelesaian demi penyelesaian itu sebatas menambal kejadian namun tidak mengatasi akar masalah. Tidak jarang hanya memindahkan masalah dan sering malah lebih parah. Apakah banjir itu bisa berdiri sendiri tanpa mengatasi masalah kependudukan, pusat segalanya ada di sana lagi, belum lagi kepentingan yang mengikutinya.
Jakarta sebagai wajah Indonesia perlu ditangani secara purna bukan sepenggal-sepenggal. Apakah akan selalu terulang dan jalanan menjadi tempat parkir terpanjang dan terluas? Tergantung masyarakat dan pemimpinannya tentunya.
Keputusan gubernur tentu akan pro kontra, itu manusiawi, namun jika kontra pun harus rasional dan bukan asal yang penting jegal. Semua mengandung konsekuensi dan akan ada yang perlu berkorban dan mendapat keuntungan tentunya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H