Jangan kaget dan heran kalau semua hal di Jakarta itu penuh dengan mafia, jalanan, makam pun demikian, tanah dan rumah petak. Â Ini merugikan banyak pihak, karena setoran ini bukan tidak mungkin hingga ke atas, pejabat, dewan, petinggi parpol. Â Yang di bawah ini sapi perah ke mana-mana, dan itu yang sangat pusing melihat sepak terjangnya yang memangkas kesempatan mereka. Kalau semua masuk rusun dan sesuai aturan, dapat tambahan dari mana, lapak gak laku, pembagian rusun pun tidak bisa dibuat main-main, makam tidak lagi mahal dan bisa dipesan. Jangan kaget jika mereka menggunakan RT-RW untuk berulah, siapa lagi kalau bukan mereka yang ngompori?
Apa yang ada di permukaan selama ini sebenarnya menutupi apa yang tidak disukai mereka, bukan soal kasar, arogan, dan sejenisnya, namun soal kesempatan yang hilang. Jika karena kasar mengapa menyorongkan Pak Rizal Ramli yang tidak jauh berbeda, dia juga suka nabrak aturan. Bu Risma emosional dan pemarah juga, berarti terbantahkan soal cara komunikasi.
Soal agama, lha nyatanya P3, PKS pun agak malu sih mencalonkan Bu Risma, yang katanya gak boleh perempuan, (ingat ini bukan sara, coba melihat fakta), artinya hanya soal sebagai dalih pembenar. Kenyataannya sudah dipatahkan oleh parpol sendiri.
Apa jika Ahok tidak itu semua mereka pasti dukung? Tidak juga, lihat pengalaman Bu Risma di Surabaya, toh penolakan juga sangat tinggi. Kembali ini bukan soal baju namun soal Ahok yang menutup celah mereka.
ASN banyak yang mau berubah dan itu membuat mereka tidak merasa keberatan dengan pemerintahan yang coba dibangun. Â Seleksi alam itu hanya membawa beberapa yang lolos ke tahap selanjutnya dan banyak yang tertinggal. Fakta di sini terjadi. Yang mau berubah dan bebenah ikut gerbong perubahan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H