Pilkada yang satu ini memang aneh dan ajaib. Semua terkonsentrasi di DKI-1, apa karena tidak ada pemilihan walikota dan bupati untuk Jakarta ya? Hingga detik ini banyak yang bingung. Siapa saja ya masuk ya?
Satu, PKS, bingung mau nyalonin siapa dan bareng siapa. Soalnya bisa didepak Gerindra jika Gerindra klik dengan PDI-P, meskipun sangat kecil. Jika bersama Gerindra, calonnya juga gak menjanjikan. Bingung kan?
Dua, Sandiago Uno, Â salah satu pemimpin DKI ini sudah jelas didukung parpolnya, namun bingung dia ini mau nawarkan diri sebagai apa dan bersama siapa. Gerindra masih nunggu PDI-P kelihatannya, mau jadi wakil atau gubernur, mau bersama Risma atau siapa. Bingung dia mau kenalan dengan warga sebagai apa dan dengan siapa.
Tiga, anti Ahok. Siapapun tetap bingung mereka, sekarang katanya Sandiaga Uno, eh ganti Budi W, eh dengar Rizal Ramli, eh Pak Anies keren juga, besok ganti lagi Adyaksa D, lusa ganti lagi katanya yang paling pinter dan pengalaman Yusril, akhirnya malah gak jadi ngajukan calon.
Empat, elit PDI-P. Mereka tetap juga bingung mau bagaimana, mau dukung Ahok toh ketum masih diam, mau jelek-jelekan Ahok alias tidak dukung toh Bu Ketum bersama-sama dengan Ahok. Akhirnya malah milih kambing buat disembelih buan depan.
Lima, Jarot. Ini harap-harap cemas dia ini, dia tahu persis kalau suaranya pasti jauh di bawah Ahok, paling aman sih duet lagi dengan Ahok. Toh Bu Dhe juga masih diam, mau tetap merasa wakil toh sudah masa siap-siap. Merasa berseberangan dengan Ahok, jangan-jangan Bu Dhe nyatakan dukung Ahok.
Enam, Heru. Meskipun diam, tenang, rendah hati, tetap saja dia merasa serba tidak nyaman. Bersama dengan pilihan Ahok lewat parpol, nama Heru cenderung mulai tersisih, akan diganti orang parpol.
Tujuh, parpol pendukung Ahok (Hanura, Nasdem, Golkar). Panas dingin maunya Bu Mega ini apa sih, kalau jelas kan enak mau tancap gas dengan strategi yang bagaimana. Jika PDI-P misalnya mengajukan kambing ah leha-leha toh pasti menang. Beda perlakuan jika yang diajukan Risma mau tidak mau kan lebih keras bekerja.
Delapan. Dewan DKI. Mereka jelas menghendaki bukan lagi Ahok, kan enak kerja nyantai, bisa apa saja, kalau belum jelas begini tidur tidak nyenyak, makan tidak enak, dan kerja juga aras-arasen, mriang, madesu.
Sembilan, preman-preman DKI. Harapan untuk menggurita kembali susah kalau Ahok susah dijegal seperti ini. Calon lain yang  digadang-gadang, ada parpol gak ada rekan, ada rekan gak ada yang dukung.
Sepuluh,.Yusril, Lulung, yang sudah melamar ke mana-mana, semua parpol entah benderanya warna apa, entah ideologinya apa, pokoknya daftar, eh masih juga belum ada jawaban. Pusing lho mereka. Mau menentukan sikap apapun tidak bisa.